Rabu, 14 April 2010

Pemimpin Yang Berjiwa Maritim

Mencari Pemimpin Muda Berjiwa Maritim
Oleh : Muhammad Hilmi

Sebagai pelaksana aksi sosial perubahan, pemuda bukan saja menyandang status sebagai calon pemimpin dimasa depan, tetapi juga sebagai tulang punggung suatu bangsa yang menentukan maju mundurnya, hidup matinya, berkualitas tidaknya suatu bangsa. oleh karena itu, suatu bangsa yang ingin memiliki masa depan yang gemilang haruslah memperhatikan generasi mudanya, baik dari segi pemenuhan gizinya maupun dari segi pendidikannya dan moralnya. Niscaya kebangkitan suatu bangsa yang sebenarnya akan terwujud bukan hanya sekedar sumpah dan teriakan yang hanya sekedar wacana.
Sumpah pemuda pada tahun 1928 adalah salah satu bukti bahwa peran pemuda dalam membawa arah perjuangan suatu bangsa adalah nyata. Hasrat dan produktivitas yang menggelora untuk menciptakan suatu pola pergerakan baru dalam menghadapi kolonialisme adalah hasil dari jerih payah yang penuh suka duka kehidupan kaum muda. Ketegasan sikap generasi muda dalam memposisikan diri dengan pergerakan dari kaum yang bukan muda adalah sesuatu yang tidak bisa ditawar lagi. Hasilnya adalah totalitas perlawanan terhadap kolonialisme sampai bisa mewujudkan indahnya suatu kata “Merdeka!”.
Pola pergerakan kaum muda Indonesia pada zaman sebelum kemerdekaan tentunya sudah jauh berbeda dengan pola pergerakan kaum muda pada dewasa ini. obyek yang diperjuangkan bukan lagi hanya kemerdekaan suatu bangsa, tetapi merencanakan blue print pembangunan suatu bangsa agar menjadi bangsa yang mandiri, berwibawa dan memiliki segenap sumberdaya manusia untuk merealisasikan blue print yang bisa me-recovery kebobrokan pembangunan yang kurang terencana secara berkesinambungan.
Pada dewasa ini, masa pembangunan di Indonesia telah memasuki tahun ke 63. Seharusnya dengan lamanya masa pembangunan ini bisa memberikan hasil yang dapat dirasakan oleh masyarakat Indonesia secara menyeluruh, baik dari segi pembangunan sosial, ekonomi, kebudayaan, politik dan aspek lainnya yang menyentuh kehidupan masyarakat secara langsung. Kondisi pembangunan di Indonesia saat ini terdapat ketimpangan antara jawa dan luar jawa, laut dan darat. Masalah ini harus segera diatasi karena bisa menimbulkan gejolak penuntutan dari masyarakat yang menjadi korban hasil pembangunan nasional.

Melihat Potensi Kekayaan Alam Indonesia
Kekayaan alam Indonesia yang berada di daratan dan di lautan sangat beragam dan sangat menunjang untuk kelangsungan pelaksanaan pembangunan nasional secara menyeluruh. Indonesia kaya akan hutan tropis yang berfungsi sebagai paru-paru dunia, berbagai macam jenis bahan tambang antara lain: emas, nikel, tembaga, timah, perak, intan, minyak bumi, gas alam, batu bara, pasir, marmer, lain sebagainya, terlalu banyaknya penulis tidak menulis semuanya. Potensi kekayaan alam yang melimpah ruah ini tidak dimiliki oleh negara lain. Tetapi yang terjadi justru sebaliknya, negara yang tidak memiliki potensi ini justru jauh lebih makmur dan sejahtera daripada Indonesia.
Dari sisi potensi kelautan, Indonesia memiliki garis pantai sepanjang 81.000 km terluas didunia setelah garis pantai Kanada. tentunya dan selayaknya bisa digunakan sebagai tempat pariwisata bahari yang menakjubkan dan merupakan areal potensial untuk memperkuat budidaya perikanan. Dan tentu saja, tidak sedikit tenaga kerja yang diserap oleh sektor maritim ini. Dengan kata lain Indonesia sebagai negara kepulauan, memiliki keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif secara global dalam percaturan ekonomi internasional.
Pembangunan kelautan dan perikanan merupakan penggerak utama pembangunan nasional apabila dikaitkan potensi sumber daya yang terkandung di dalamnya berupa lautan luas sekira 5,8 juta km2 misalnya, di dalamnya mengandung potensi perikanan sebanyak 6,7 juta ton per tahun. Di dasar laut perairan Indonesia, terdapat cekungan bumi yang berpotensi mengandung minyak dan gas bumi atau hidrokarbon. Sedangkan permukaan air lautnya, secara kontinyu dimanfaatkan menjadi alur pelayaran dunia, khususnya di Selat Malaka dan jalur-jalur pelayaran melalui alur laut Kepulauan Indonesia.
Sebagai negara bahari dan kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi pembangunan (ekonomi) kelautan yang besar dan beragam. Bidang Kelautan terdiri dari berbagai sektor yang dapat dikembangkan untuk memajukan dan memakmurkan bangsa Indonesia, yaitu: (1) perikanan tangkap; (2) perikanan budidaya; (3) industri pengolahan hasil perikanan; (4) industri bioteknologi kelautan; (5) pertambangan dan energi; (6) pariwisata bahari; (7) angkutan laut; (8) jasa perdagangan; (9) industri maritim; (10) pulau-pulau kecil; dan (11) sumberdaya non-konvensional; (12) bangunan kelautan (konstruksi dan rekayasa); (13) benda berharga dan warisan budaya (cultural heritage); (14) jasa lingkungan, konservasi dan biodiversitas.

Eksistensi Indonesia sebagai negara kepulauan dan maritim terbesar di dunia sesungguhnya memiliki potensi pembangunan ekonomi dalam bidang kelautan yang cukup besar. Apabila potensi tersebut dikelola dengan baik, tidak mustahil akan mampu mengantarkan bangsa Indonesia keluar dari krisis ekonomi yang menimpanya. Menurut Subandono Dipo Saptono, Kasubdit Pengendalian Pencemaran Kelautan dan Perikanan RI, potensi kelautan tersebut secara garis besar dapat dikelompokkan ke dalam empat kategori, yakni: pertama, sumberdaya dapat pulih terdiri dari sumberdaya perikanan tangkap, budidaya pantai (tambak), budidaya laut, bioteknologi kelautan. Kedua, sumberdaya kelautan tidak dapat pulih seperti minyak dan gas bumi, bauksit, timah, bijh besi, dan bahan tambang serta mineral lainnya. Ketiga, energi kelautan merupakan energi non-konvensional dan termasuk sumberdaya keluatn non hayati yang dapat diperbaharui yang memiliki potensi untuk dikembangkan dikawasan pesisir dan lautan Indonesia. Keempat, jasa-jasa lingkungan, terutama untuk pengembangan pariwisata dan pelayaran.

Kendala Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Alam
1. Sikap dan persepsi masyarakat umumnya kurang apresiatif terhadap potensi sumberdaya alam Indonesia sehingga minat untuk mengolah secara optimal masih kurang.
2. Masih rendahnya muatan teknologi di sektor pertambangan, kehutanan, pertanian, perikanan dan kelautan. Hal ini berakibat rendahnya kualitas hasil produksi dan kuantitas yang terbatas.
3. Lemahnya pengelolaan. Dalam konteks ini, pengelolaan sumberdaya pertanian, pertambangan, perikanan dan kelautan masih belum integratif dan komprehensif.
4. Lemahnya pengembangan wilayah yang terkait dengan bidang Kelautan dan Perikanan. Belum dimanfaatkannya potensi-potensi pada kawasan andalan laut secara optimal oleh sektor-sektor terkait, Belum berfungsinya kota-kota pada wilayah pesisir sebagai pusat perdagangan, Belum terciptanya sinergi dalam sistem hirarki fungsional antar outlet-outlet untuk pemasaran hasil-hasil produksi sumber daya kelautan, sebagai perwujudan dari prinsip managed competition, Rendahnya keterkaitan fungsional antara kawasan darat dengan laut, seperti diindikasikan dari rendahnya aksesibilitas antara pusat-pusat kegiatan kelautan dan produksi perikanan dengan pemasaran lokal maupun regional.
5. Faktor Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang diharapkan menjadi saluran membagi kemakmuran secara adil, tampaknya masih sulit diwujudkan karena wajah APBN yang continental oriented, tetap saja menempatkan sektor maritim termasuk provinsi berbasis maritim dan pulau-pulau kecilnya, termarginalisasi dalam pembagian sarana dan prasarana pembangunan.
6. Masih kurangnya dukungan ekonomi-politik. Dalam era pemerintahan sebelumnya, sektor perikanan dan kelautan banyak dimarjinalisasi secara politik dengan menempatkan sektor ini ke dalam posisi kedua (second-best option) dari kebijakan pembangunan pertanian nasional.
7. Implementasi dan penegakkan hukum masih lemah.
Hegemoni KKN dan lemahnya law enforcement sringkali menyebakan pelanggaran yang dilakukan oleh kroni-kroni kekuasaan ataupun investor, nelayan asing bebas merusak sumberdaya kelautan melalui pencemaran pengeboman dan penangkapan ikan secara ilegal. Selain itu, lemahnya penegakan hukum di laut menjadi kontributor utama dari belum berhasilnya rejim tata kelola (governance) perikanan kita.

Strategi Pengembangan Sumberdaya Alam di Indonesia
1. Pemanfaatan sumberdaya kelautan secara efisien, optimal, dan berkelanjutan.
2. Pengembangan sumberdaya dapat pulih melalui pendekatan agribisnis.
3. Pengelolaan berbasis masyarakat dan otonomi daerah.
4. Pengembangan sarana dan infrastruktur pembangunan.
5. Penguasaan sumber daya manusia dan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).
6. Memperbaiki aspek hukum dan peraturan tentang kegiatan eksplorasi
sumberdaya kelautan.
7. Pemberdayaan jaringan kerja dan kemitraan.

Peran Pemimpin Muda dalam Membangun sektor Maritime Indonesia
Dengan melihat potensi sumberdaya alam Indonesia yang melimpah ruah, khususnya sektor kelautan. Peran pemuda sebagai aktor penggerak perubahan dalam suatu peradaban tidak bisa dihindari. Kepemimpinan kaum muda harus proaktif untuk segera mengambil peran yang strategis untuk mengelola dan memanfaatkan sumberdaya kelautan dengan semaksimal mungkin. Penguasaan dibidang teknologi kelautan harus dikuasai dan diimbangi dengan pembinaan langsung kepada masyarakat yang hidup disekitar laut.
Kepemimpinan kaum muda yang memiliki kapabilitas dan integritas dalam bidang kelautan akan mampu membawa negara Indonesia menjadi kekuatan perekonomian baru di dunia. Hal ini tentunya harus diimbangi dengan kebijakan lintas sektoral yang saling mendukung guna mengurangi ketimpangan orientasi pembangunan nasional. fokus pembangunan pada sektor kelautan sudah terbukti kehandalannya melalui bukti sejarah nusantara.
Sejak abad ke-15, kebesaran maritim nusantara telah dikenal luas oleh bangsa-bangsa Eropa dan Timur Tengah. Nenek moyang kita dikenal berhasil menundukkan samudra luas. Kargo yang diangkut pelaut-pelaut kita selalu dinantikan oleh bangsa-bangsa lain. Pada masa itu, penguasaan terhadap lautan luas sudah menjadi ikon perdagangan lintas bangsa, yang di dalam ilmu ekonomi dikenal dengan sebutan open market economy. Lahirnya globalisasi ekonomi saat ini sebenarnya merupakan pengulangan sejarah masa lalu yang telah dilakoni oleh nenek moyang kita dengan keandalannya mengarungi samudra luas, menembus batas bangsa-bangsa lain, melakukan transaksi ekonomi, dan membuka kerjasama perdagangan (jual beli).
Singkatnya, jika kita mampu mendayagunakan segenap potensi kelautan, penulis yakin, bidang kelautan tidak hanya mampu mengeluarkan bangsa ini dari persoalan kemiskinan dan pengangguran. Akan tetapi, bidang tersebut juga mampu mengantarkan Indonesia menjadi bangsa yang maju. Semua itu bisa terwujud apabila kebijakan politik-ekonomi (seperti fiskal-moneter, hukum, keamanan, otonomi daerah, infrastruktur, dan ketenagakerjaan) bersifat kondusif bagi berkembangnya sektor kelautan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar