Minggu, 11 April 2010

Java-Bali Overland Tour 2009

Laporan Perjalanan
Java Bali Overland Tour 2009
08-01-2009
oleh: Muhammad Hilmi

Day I: Depok – Yogyakarta
Pada hari pertama Jawa Bali Overland Tour 2009, penulis mengikuti persiapan sebagaimana yang menjadi standart dalam pelaksanaan perjalanan wisata, antara lain: membawa luggage dengan ukuran standart dan menempati seat sesuai dengan ketentuan dari Tour leader pada hari pertama.

Perjalanan dari lapangan parkir Fisip UI dimulai pada pukul 06.24 WIB. Kemudian berhenti di Rest Stop KM.57 Tol Cikampek pada pukul 08.21 WIB. Menurut penulis, selama perjalanan dari kampus sampai dengan Rest stop berjalan cukup lancar dan mengalami sedikit kemacetan normal dari pintu keluar kampus UI sampai dengan pintu tol Tanjung Barat.

Perjalanan mulai mengalami gangguan ketika ban bus bagian kiri depan kempes di daerah Garut. Crew Bus Pariwisata “Jakarta Wisata” yang terdiri dari Pak Nardi, Pak Ruslan (Driver) dan Ahmad dengan segera mengganti ban yang bocor tersebut dengan ban serep yang tersedia.

Pada saat mengganti ban bocor tersebut, mahasiswa terlihat ikut membantu dengan memberi aba-aba kepada kendaraan lain, mengingat lokasi berhenti bus persis di depan jalan yang menikung cukup tajam. Sebagian yang lain mengambil batu untuk mengganjal roda bagian belakang bus.

Pada hari pertama ini, menurut pendapat penulis, kondisi kesehatan mahasiswa yang mengikuti Java Bali Overland Tour 2009 kurang begitu baik. Hal ini dikarenakan kurangnya waktu tidur pada malam hari dan sebelum berangkat belum sempat sarapan pagi, ditambah dengan belajar material guide yang cukup banyak bagi mahasiswa yang mendapat bagian tugas menjadi guide pada hari pertama. Pendapat penulis ini terbukti dengan banyaknya mahasiswa yang merasa tidak enak badan, mual, bahkan ada salah satu mahasiswa yang mengalamai pingsan ketika perutnya merasa mual dan ingin muntah, Sari Gumilang. Penulis bersyukur karena persiapan medis dari panitia pelaksana cukup matang dengan koordinator Aulina Agfa Hamdini yang selalu terus berkonsultasi dengan Dr. Boedhihartono, selaku dosen di DIII Pariwisata dan sekaligus berprofesi sebagai seorang dokter.

Lunch dilaksanakan pada pukul 12.15 WIB di Restoran di daerah Tasikmalaya, Jawa Barat. Penulis setelah mengambil menu makan siang di meja Tim Dosen pembimbing, langsung menuju ke meja makan mahasiswa dengan maksud melihat kondisi mahasiswa. Ternyata ada beberapa mahasiswa yang tidak makan siang karena perutnya merasa mual dalam perjalanan, Ana Lucia. kemudian penulis mencoba menganjurkan kepada mahasiswa untuk memakan pisang agar perutnya terisi sambil mengingatkan jarak perjalanan menuju Yogyakarta masih cukup jauh dan lama.

Pada pukul 16.00 WIB di daerah Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, bus berhenti kembali mengalami bocor ban dan sekaligus menambal ban yang bocor sebelumnya. Ternyata setelah semua ban diChek, ada beberapa ban yang harus diganti dan sekaligus ditambal untuk mengantisipasi kejadian yang sama. Dengan kondisi hujan cukup deras terpaksa mahasiswa ikut turun semua dan menumpang di Depan rumah penduduk. Kejadian ini berlangsung sampai dengan pukul 19.30 WIB dan berpengaruh terhadap jalannya tour program dan distribution of time yang telah dibuat. Dampaknya adalah perubahan restoran tempat makan malam (dinner) dari rencana semula di Ambarketawang restaurant, berubah di Candi Sari Restaurant Kebumen. Waktu makan malam akan mundur pukul 23.00 WIB kalau tetap di Ambarketawang. Keputusan perubahan restaurant ini diambil dengan pertimbangan yang matang antara Dosen Pembimbing, Bendahara Sekretariat DIII Pariwisata, dan Tour Leader hari pertama.

Setelah selesai menambal ban, perjalanan dilanjutkan kembali dengan itenerary menuju restaurant Candi sari Kebumen. Setelah makan malam, didalam bus diumumkan berita duka, telah meninggal dunia ibunda dari Bapak Wilibrodus John, SE. di Nusa Tenggara Timur, penulis dan semua mahasiswa merasa turut berduka yang sangat dalam atas kepergian ibunda dari bapak John yang ikut mendampingi perjalanan kami. kemudian kami melanjutkan perjalanan menuju Putra Jaya Guest House, Jln. Prawirotaman, Yogyakarta. Pada pukul 00.30 WIB rombongan tiba di Hotel, melakukan pembagian kamar dan langsung melakukan Chek in.

Day II: Yogyakarta-Probolinggo-Bromo Tour
Itinerary hari kedua tour yaitu dimulai setelah breakfast dan check out pada pukul 07.30 WIB dari Putra Jaya Guest House, Jln. Prawirotaman, Yogyakarta. Perjalanan dimulai menuju Candi Ratu Boko. Di Candi ini mahasiswa berjalan mengikuti Local Guide dan dosen pembimbing menuju lokasi situs kerajaan yang sebagian masih sedang dalam pemugaran. Mahasiswa terlihat begitu antusias dan ingin mengetahui bagian-bagian situs yang berada pada lokasi yang saling terpisah. Penulis ikut mendampingi langsung mahasiswa untuk melihat langsung bagian situs ratu boko yang berada di sebeleh utara dari pendapa raja, yaitu batu yang ditengah-tengahnya terdapat gua. Setelah itu, penulis bersama mahasiswa kembali menuju tempat parkir bus di bagian bawah Bukit Ratu Boko. Ternyata sebagian besar mahasiswa sudah berada di dalam bus dan siap untuk melanjutkan perjalanan menuju Trowulan dan Probolinggo, Jawa timur.
Setelah Tour Leader memastikan semua mahasiswa sudah lengkap, kemudian perjalanan dilanjutkan dan berhenti di Kartasura karena salah satu Dosen pembimbing, Pak Iman Kadarisman, SE. MM, harus berpisah dengan rombongan demi melaksanakan tugas beliau sebagai Staff Ahli DPR-RI Komisi V, dan akan menyusul rombongan dihari keempat di Bali. Perjalanan dilanjutkan kembali, akan tetapi ditengah perjalanan, di Kabupaten Sragen, Tim Dosen meminta kepada sopir untuk berhenti dengan tujuan mengajak mahasiswa untuk menikmati buah durian (Durio sibetanus sp.) dan rambutan (Rambutan). Penulis dan beberapa mahasiswa mencoba untuk berwisata kuliner dipinggir sawah yaitu menikmati kelapa bakar dengan harga Rp. 8000,-. Menurut penjualnya minuman ini berkhasiat mengobati penyakit ginjal. Cara penyajiannya yaitu setelah kelapa dibakar kemudian dibuka ujung atasnya dan diberi lima sendok madu dan susu kental manis, kemudian disajikan kepada pembeli. Setelah minum kelapa bakar badan terasa enak dan berkeringat. Penulis mencoba mencicipi durian bersama dengan mahasiswa lainnya. Setelah itu melanjutkan perjalanan menuju Restoran Pagi Sore, di Caruban, Kabupaten Madiun.

Sesampai di Restoran Padang Pagi siang Caruban, penulis memilih untuk makan siang bersama dengan mahasiswa karena penulis belum mengetahui kalau seharusnya setiap waktu makan seharusnya ikut bersama dengan tim dosen sebagai pendamping. Selesai makan siang, mahasiswa diberi waktu lima belas menit untuk melakukan aktivitas sholat, maupun ke toilet sambil menunggu instruksi dari tour leader bahwa perjalanan akan dilanjutkan. Selesai makan siang, perjalanan dilanjutkan menuju Trowulan, Mojokerto. Menurut asumsi penulis lama perjalanan tiga jam maka akan bisa masuk museum trowulan. Akan tetapi, perkiraan itu ternyata kurang tepat. Sesampai di trowulan hari sudah gelap, maka Pak Yan L. Simandjuntak menjelaskan sejarah kolam segaran peninggalan Kerajaan Majapahit, dan pintu gerbangnya juga sudah tidak kelihatan lagi karena cuaca hujan dan faktor waktu sudah malam. Sepuluh menit kemudian sampai di restoran padang Sari Bundo dan waktu makan malam diajukan karena khawatir kalau makan malam di Hotel Panorama, Probolinggo akan mengalami keterlambatan kedatangan.

Setelah makan malam, perjalanan dilanjutkan menuju Probolinggo, ternyata ditengah perjalanan terjadi pengalihan jalur menuju Pasuruan dialihkan karena ada jembatan yang mengalami kerusakan. Perjalanan menjadi agak lama karena jalur yang dilewati bus adalah jalur kecil yang melewati perkampungan penduduk. Setelah rombongan sampai di Hotel Panorama, Probolinggo pada pukul 22.30 WIB. Setelah tour leader membagi rooming list, mahasiswa dan dosen langsung melakukan check in kemudian T/L hari ketiga mengambil alih tugas T/L hari kedua dengan di-briefing oleh Pak Yan. Karena itinerary dini hari ini adalah menuju Bromo Tour.

Day III: Bromo-Probolinggo-Kuta
Morning Call dilaksanakan pukul 02.00 WIB, kemudian dilakukan briefing oleh Mas Anang (Local Guide) di lobby hotel. Setelah itu T/L dan assistennya melakukan pembagian kelompok disesuaikan dengan kendaraan 1,2, dan 3. Setelah briefing mahasiswa dipanggil oleh T/L untuk segera memasuki mobil masing-masing sesuai dengan kelompoknya. Dr. Boedhihartono sebagai penanggungjawab mahasiswa di mobil no.1, Penulis kebagian menjadi penanggungjawab mobil nomor 3. Amanah yang diberikan kepada penulis ini dilaksanakan dengan gembira, hati-hati dan penuh tanggungjawab. Perjalanan dimulai pada pukul 02.30 WIB, dengan asumsi lama perjalanan 1 jam 30 menit melalui pintu masuk Desa Wonokitri untuk menuju Pananjakan dengan ketinggian kurang lebih 2700 m dpa. Menurut perkiraan local guide, Mas Anang, kita kemungkinan bisa menyaksikan sunset karena tadi malam hujan cukup deras telah mengguyur Probolinggo, maka kabut yang menutupi matahari kemungkinan tidak ada atau cerah.
Setelah mobil nomor 3 sampai di Pananjakan dan mobil diparkir. Mahasiswa mulai merasakan kedinginan. Padahal untuk melihat matahari terbit harus berjalan 200 meter lagi dan sampai di Bromo View yang merupakan tempat untuk menyaksikan matahari terbit. Sambil menunggu kedatangan Mobil nomor 1 dan 2, mahasiswa yang naik mobil nomor 3 sejenak melepas rasa kantuk yang berganti menjadi kedinginan yang menusuk tulang. Mereka saling berfoto, ada yang mau ke toilet, dan ada yang ingin membeli mie instant maupun wedang jahe hangat. Sesaat kemudian dua mobil datang dan secara serentak mahasiswa berjalan bersama menuju Bromo View. Setelah sampai di Bromo View, mahasiswa diberikan waktu empat puluh lima menit untuk menikmati pemandangan, berfoto, maupun menunggu sunset. Ternyata dengan tiba-tiba kabut cukup tebal datang dan secara otomatis menutupi pemandangan untuk melihat sunset, maka local guide menganjurkan kepada penulis untuk mengajak kembali ke mobil masing-masing untuk melanjutkan perjalanan menuju kawah gunung bromo.

Perjalanan menuju kawah Gunung Bromo membutuhkan waktu kurang lebih 25 menit dari pananjakan, karena kondisinya sedang musim hujan otomatis jalan menjadi licin dan lautan pasir yang sangat luas itu ditumbuhi rerumputan liar. Mahasiswa terlihat sangat senang, meskipun ada yang sakit, Amellia di mobil nomor 1, Sari Gumilang dan Zulfahmi memilih tetap tinggal di hotel karena kondisi tubuhnya yang kurang sehat. Sebagaimana penulis tanyakan langsung kepada mahasiswa yang sakit, adalah akibat dari tidak makan tepat waktunya sehingga kondisi kesehatan tubuhnya menjadi labil. Amellia mengatakan bahwa waktu makan malam di Mojokerto dia hanya makan sedikit karena ada keluhan sakit hepatitis B. Dan ketika dia bertanya kepada penulis ketika dalam perjalanan menuju Bali, “kira-kira boleh atau enggak kalau saya minta izin untuk pulang karena kondisi yang lagi sakit?.” Penulis menjawab, “berarti anda harus minta izin kepada dosen pembimbing yang terdiri dari Pak Boedhi, Pak Jajang, Pak Yan, Pak Iman, dan Pak John. Tapi, alangkah lebih baiknya kalau ikut tour Jawa Bali ini sampai hari terakhir, karena ini adalah kesempatan yang sangat berharga baik kebersamaan bersama teman-teman maupun nilai pembelajaran aplikasi mata kuliah yang selama ini di dapat. Alangkah lebih baiknya nanti kalau sampai di Bali, kalau masih merasa sakit maka anda bisa istirahat dengan cukup sampai badan terasa enak kembali, dan bisa mengikuti tour lagi” Demikian sekilas dialog antara penulis dengan mahasiswa yang tidak mungkin ditulis semuanya. Dan ternyata jawaban penulis ini bisa diterima oleh mahasiswa. Meskipun ada sebagian mahasiswa yang lain, Arief Setyo Wicaksono, mengalami kondisi serupa dan penulis sarankan dengan hal yang sama, tapi ternyata tetap memilih untuk pulang ke Jakarta pada hari ketiga Jawa Bali Overland Tour 2009.

Selesai dari Kawah Bromo, perjalanan dilanjutkan menuju Hotel Panorama di Probolinggo. Dengan lama perjalanan satu jam atau lebih cepat tiga puluh menit daripada waktu berangkat karena jalannya menurun. Setelah sampai hotel, mahasiswa disarankan untuk saling bergantian dalam sarapan dan sebagian lagi agar mandi dan packing barang untuk persiapan check out hotel untuk melanjutkan perjalanan ke Bali.
Setelah semua mahasiswa selesai sarapan dan koper telah dimasukkan ke dalam bagasi bus, kemudian tour leader meminta kepada driver untuk menyalakan mesin, mempersilakan para dosen pendamping untuk memasuki bus dan mahasiswa untuk menempati seat masing-masing. Sebelum berangkat Dr. Boedhihartono sempat memanggil penulis untuk mengingatkan kepada driver agar berhenti di jalan untuk menjemput beliau yang sedang jalan kaki melihat pemandangan dan kondisi masyarakat Kabupaten Situbondo. Kira-kira 700 meter dari hotel bus berhenti untuk menaikkan Pak Boedhi.
Mahasiswa dipersilakan oleh Pak Yan untuk tidur selama 1 jam karena waktu tidur semalam sangat kurang dan tenaga terkuras pada waktu naik Gunung Bromo. Perjalanan masih sangat jauh dan membutuhkan waktu kurang lebih lima jam untuk sampai ke Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi. Penulis merasakan perjalanan begitu indah dan menyenangkan. Tentunya karena merasa bisa ikut mendampingi mahasiswa Diploma III Pariwisata Konsentrasi Travel yang sedang ditempa mental dan kemampuannya dalam mengelola suatu perjalanan wisata, dan penulis juga merasa sedang bernostalgia sebagaimana perjalanan pada tahun sebelumnya yaitu pada saat penulis menjadi mahasiswa semester akhir Diploma III Pariwisata Fisip UI.

Sepanjang perjalanan menuju di Jalur Pantura Situbondo-Banyuwangi, pemandangan disebelah kiri jalan terlihat laut yang begitu indah dengan pantai putih dan hutan mangrove yang begitu lebat, terdapat tempat wisata Pasir Putih dan Watu Ulo yang letaknya berdekatan. Sedangkan di pinggir jalan pemandangannya adalah pohon asam jawa (Tamarine) dan perkebunan tebu (Sugar cane plantations). Ketika perjalanan mulai memasuki Taman Nasional Baluran (Baluran National Park) terasa sangat berbeda karena di sebelah kanan dan kiri jalan pamandangannya adalah Pohon Jati (Tectona Grandis) dan iklim hutannya adalah termasuk golongan Savana wood land. Taman nasional ini seluas 50.000 hektar dan di dalamnya masih terdapat banteng jawa (Bubalos-bubalis), Kijang, dan ajag (Wild dog).(Insight Guides, 2004).

Setelah melewati Taman Nasional Baluran, lebih 45 menit lagi akan sampai di Restoran Grafika, Ketapang, Banyuwangi. Mahasiswa terlihat begitu bahagia karena Pulau Bali sudah terlihat di depan mata dan tinggal menyeberang dengan menggunakan kapal ferry maka sampailah kita di Pulau Dewata (The God Island).

Setelah sampai di Restaurant, mahasiswa langsung menuju meja dibelakang restaurant yang menghadap ke laut dan Pulau Bali untuk take in tempat duduk. Setelah itu berbaris dengan rapi untuk antri dalam mengambil makanan di meja prasmanan yang telah disediakan. Penulis bermaksud ingin ikut dalam nuansa kebersamaan dengan mahasiswa, tapi bapak Dosen memanggil penulis untuk ikut makan di meja dosen. Sungguh suatu kehormatan bagi penulis mendapatkan kepercayaan untuk ikut belajar yang kedua kali dalam Program Jawa Bali Overland Tour. Setelah penulis mengambil menu di meja dosen, kemudian meminta izin kepada dosen agar diperkenankan untuk duduk di meja belakang bersama dengan mahasiswa. Karena penulis lebih suka memperhatikan tingkah laku mahasiswa barangkali ada mahasiswa yang sedang sakit, kurang nafsu makan, maupun masalah lain yang sekiranya bisa dibantu dalam mencari solusi. Karena penulis memiliki keyakinan bahwa masalah akan lebih mudah untuk diselesaikan sambil menikmati hidangan makanan.

Selesai dari Restaurant Grafika, perjalanan dilanjutkan menuju Pelabuhan Ketapang yang memakan waktu 10 menit. Sebelumnya, Tour leader dan asistennya meminta kartu tanda mahasiswa (KTM) utuk dikumpulkan sebagai tanda pengenal ketika melewati proses pengechekan administrasi oleh petugas pelabuhan. Pak Yan menyarankan agar Korden ditutup dan mahasiswa turun untuk menuju ferry. Setelah bus naik di lambung kapal, dan mahasiswa naik semua, 30 menit kemudian kapal ferry berangkat menuju Pelabuhan Gilimanuk, Bali. Penulis memberikan info kepada assisten T/L, Dinni agar diinfokan bahwa setelah sampai di Bali waktu setempat dipercepat menjadi 1 jam karena perbedaan waktu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar