Minggu, 11 April 2010

Membumikan Wisata Bahari

Potensi Wisata Bahari Indonesia
(Masyarakat Nelayan sebagai Aktor utama)
Oleh: Muhammad Hilmi*


Indonesia adalah Negara Maritim yang memiliki kurang lebih 17.000 pulau dan panjang garis pantai 81.000 km. jauh melebihi India yang memiliki panjang garis pantai 4800 km, hanya berselisih sedikit dengan panjang garis pantai Pulau Sulawesi yaitu 4600 km. Jika kondisi ini disadari oleh pemerintah dan masyarakat indonesia, kemudian memanfaatkannya secara optimal, maka akan menghasilkan potensi perekonomian yang sangat besar, mengingat bahwa lautan kita memiliki mega biodiversity sumber daya kelautan. kekayaan berupa, 773 spesies vegetasi laut, 981 jenis karang laut, 850 spesies sponge, 2500 spesies Moluska, 1512 spesies Crustacea, 784 spesies echinodermata, 2140 spesies ikan, 38 spesies reptil, 148 spesies burung dan 30 spesies mamalia laut.

Masyarakat kita masih banyak yang belum menyadari bahwa di daereah sekitarnya terdapat beberapa keunggulan pantai yang tidak dimiliki oleh negara lain, antara lain: terletak di daerah tropis, memiliki garis pantai yang panjang, memiliki karang yang melingkari pulau (atoll), yang membentengi pesisir (fringing reef), memiliki air yang terjebak dalam daratan yang berasal dari laut (lagoon), kaya dengan ribuan jenis ikan dan siput yang bisa dikonsumsi. Dan masih banyak lagi potensi budaya maritim yang unik yang membutuhkan keseriusan untuk ditangani secara profesional oleh pemerintah dan dijual sebagai paket wisata bahari yang terintegrasi secara nasional.

Pantai yang menjadi primadona wisatawan adalah pantai yang berpasir putih. karena selain terlihat lebih bersih, juga memiliki keindahan alam bawah laut yang sangat menakjubkan. Jika dilihat dari bentuk pantai dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain: Pantai sub-mergence yaitu pantai yang tenggelam yang sebenarnya adalah bagian dari daratan, contoh di daerah Muara Serayu, di Pantai Selatan Jawa. Pantai emergence yaitu pantai yang berupa daratan yang terangkat, misalnya pantai di daerah Gunung Kidul, Jawa Tengah dan Pantai emergence dan sub-mergence (pantai kompleks) dimana kita bisa melihat perubahan permukaan air setiap harinya. Biasanya pada bulan purnama air naik (pasang) dan pada bulan kecil air surut.

Lautan kita dibedakan menjadi lautan interinsuler dan lautan terbuka (ocean), sedangkan daerah pantai dibedakan menjadi pantai berpasir putih, berlumpur, tertutup mangrove, dan ada pula pantai yang terjal oleh batuan (rock). Di perairan kita juga terdapat arus yang bergerak secara horizontal dan yang bergerak secara vertikal (up welling). Di daerah ini, air bergerak naik sehingga air dipermukaan relatif dingin, salinitas di bawah biasanya rendah karena membawa air yang relatif rendah kualitasnya, dan air yang bergerak naik juga membawa kandungan oksigen dan phospat yang dibutuhkan untuk kehidupan. Hendaknya perlu kita ketahui bahwa di daerah up welling ini sangat cocok untuk wisata memancing (sailing fish). Karena di daerah ini kaya akan biota laut dan nutrisi dari daerah eupotik yang dibawa ke permukaan. Artinya banyak plankton yang berkembang di daerah ini dan tentunya sangat menarik perhatian ikan dan ikan menjadi lebih banyak. Contoh daerah up welling adalah di laut selatan Pulau Jawa atau di Laut Banda.

Di setiap daerah yang berbeda hampir bisa dipastikan memiliki 1 jenis ikan dan memiliki cara memasak yang berbeda pula. Seperti bisa kita jumpai di daerah Sulawesi Tenggara, terdapat cumi (squad) maupun gurita (octopus) yang dikeringkan (juhi), cara memasaknya direndam dengan air panas dahulu biar lunak kemudian digoreng. Di Manado, yang menjadi santapan primadona dan lezat adalah ikan cakalang (Skipjack tuna sp.), di Pontianak, santapan kuliner yang digemari oleh masyarakat adalah udang rebon (asites vulgaris sp.) yang diberi sedikit cuka, bawang putih dan cabe (Cincalo) kemudian dimakan dengan nasi yang masih hangat. Di Bangka yang perlu kita rasakan adalah ikan teri (Anchovy sp.) yang dimasukkan botol, difermentasi kemudian dimakan dengan nasi putih. Di Aceh, yang terkenal adalah ikan kayu, yang proses pengeringannya di atas pasir panas. Di Palembang yang terkenal adalah ikan patin (cat fish sp.), di pantai timur Sumatra terdapat ikan terubuk (clupea sp.) yang ada telurnya, cara menyajikannya dengan cara disambal. Di Irian Jaya, daerah Bintuni, kita bisa menikmati udang galah (cray fish sp.) dengan harga yang sangat terjangkau oleh wisatawan. Di pelabuhan ratu, ada ikan pindang, sejenis cakalang (baby tuna sp.), ikan layur (hair tail fish sp.), ikan kuwe (Trevally sp.), ikan peperek (Leognathus equulus sp.) dan lain sebagainya.

Seringkali wisatawan manca negara yang datang ke Indonesia tidak hanya ingin menikmati keindahan pantai dan lautnya saja. Akan tetapi, mereka juga ingin menikmati keunikan dan cita rasa kelezatan ikan dari laut Indonesia yang kaya sumber protein dan mineral untuk kehidupan manusia. Hal ini seringkali kurang disadari oleh pengelola usaha perjalanan wisata yang menjual paket wisata bahari, padahal ini adalah peluang yang bisa mendatangkan keuntungan besar bagi pengelola usaha pariwisata dan masyarakat pada umumnya karena akan terjadi dampak perekonomian berganda (multiplier effect).

Membumikan Wisata Bahari
Saatnya pemerintah Indonesia memfokuskan pembangunan wisata bahari dan mulai intens untuk mempromosikan melalui arena World Ocean Conference (WOC) yang akan dilaksanakan pertengahan Mei 2009. Karena dalam arena ini ribuan pakar kelautan dari puluhan negara di seluruh dunia akan ikut hadir dalam WOC di Manado, Sulawesi Utara. Pemerintah hendaknya membuat suatu terobosan dalam mempromosikan wisata bahari yang dikemas melalui cara yang edukatif, cerdas dan unik yang bisa menarik hasrat wisatawan internasional untuk menghabiskan waktu liburannya di Indonesia, sekaligus dalam WOC 2009 sebagai momentum yang tepat untuk membumikan program wisata bahari kepada masyarakat Indonesia dan dunia internasional.
Solusi alternatif yang perlu ditawarkan dalam program wisata bahari di masa depan adalah mencakup berbagai kegiatan beragam yang merupakan bagian dari wisata minat khusus (special interest), antara lain diving, surving, sailing, fishing, bird watching, wisata penelitian dan termasuk aktifitas wisata kuliner “sea food” yaitu menikmati hasil dari sumber daya kelautan. misalnya di Pantai Muara Angke.
Sesungguhnya banyak terdapat rangkaian aktifitas dalam wisata bahari bisa dibedakan berdasarkan daerah, misalkan di daerah pesisir, wisatawan bisa melakukan aktifitas berkemah, bersepeda, melihat biota, berolahraga, pendidikan, dan lain-lain. Di daerah pantai, wisatawan bisa melakukan aktifitas membaca, berjemur, piknik, parasailing, berlayar, scootering, surfing, dan lain-lain. Di laut, wisatawan bisa melakukan diving di laut yang memiliki keindahan karang dan biota laut, misalkan di daerah Raja Ampat, Takabonerate, Bunaken, Buyat, laut banda, Gili trawangan, Gili Meno, Wakatobi dan masih banyak lagi daerah yang indah yang harus menjadi favorit divers dari berbagai negara. Snorkelling, fishing di daerah up welling, dan daerah lainnya.
Tujuan wisata bahari lainnya adalah mengunjungi pelabuhan dan tempat pelelangan ikan (TPI) dan melihat lingkungan sosial kehidupan masyarakat di sekitarnya. Misalnya berkunjung ke pelabuhan samudra di Pelabuhan Ratu sambil menikmati ikan tuna, big eye tuna, yellow fin tuna, Albacore, Baby tuna, skip jack, ikan hiu atau disebut juga ikan cucut (shark requin sp.). Pelabuhan Kampung Baru, Sinjai, Sumatra, Bagan Siapi-api, Belawan. Kebanyakan ikan yang didapat dari laut lepas (samudra) memiliki lapisan lemak yang tipis dan sangat di sukai oleh wisatawan dari Jepang.

Wisata Bahari yang Terintegrasi
Paket wisata yang cukup menjanjikan dan menarik wisatawan dalam mengeksplorasi potensi wisata bahari, wisata alam dan wisata budaya di Indonesia adalah melalui program wisata bahari terintegrasi. Hal ini selain akan mengajak wisatawan untuk berpetualang, juga memberikan aspek knowledge dan memperkenalkan budaya bangsa Indonesia yang beragam, unik, dan masih mempertahankan nilai kearifan lokal (local wisdom).
Wisata bahari terintegrasi membutuhkan persiapan yang matang baik dari pemerintah dan masyarakat yang akan berhubungan dengan industri ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Bagaimanapun juga program seperti ini harus menjadi kenyataan di negara maritim seperti Indonesia karena akan menjadi sektor baru yang bisa mengangkat perekonomian masyarakat yang bekerja di di berbagai sektor.
Suksesnya program Visit Indonesia Year 2008 yang memenuhi target awal, tentunya layak untuk mendapatkan apresiasi baik dari pemerintah maupun masyarakat Indonesia. Disisi lain, keberhasilan dalam dinamika internal industri wisata bahari indonesia yang dipengaruhi oleh beberapa aspek yang mendukung, harus dibina dan diperhatikan oleh pemerintah dengan sungguh-sungguh dan berkelanjutan (sustainable). Misalkan, aspek Penyedia jasa meliputi pembuat kapal berbagai ukuran, ketersediaan mesin kapal, ketersediaan bahan bakar dan turunannya, bahan dasar dan spare part, makanan, peralatan selam dan pemeliharaannya, pedagang, tenaga-tenaga professional, promosi dan publikasi, perusahaan transportasi, Institusi pemerintah yang mengawasi kegiatan wisata. Dari aspek substitusi antara lain tersedianya alternatif tujuan wisata baik di luar negeri maupun di dalam negeri dan alternatif kombinasi antara wisata bahari dan wisata budaya. Dari aspek investor yaitu butuh investasi yang cukup besar, keberanian untuk berinovasi dalam menawarkan destinasi wisata, kompetisi harga kompetitif dan agen perjalanan wisata yang profesional. Dan dari aspek consumers yang terpenting yaitu bagaimana membuat aktifitas wisata itu memiliki nilai yang sangat penting dan berarti di dalam hidupnya dan pemberian pelayanan yang memuaskan.
Wisata bahari yang terintegrasi dengan menggunakan transportasi yang berupa kapal pesiar (cruising ship) hendaknya harus diimbangi dengan pembangunan sarana dan prasarana yang mendukung. Sebagaimana dalam rencana Departemen Pariwisata Republik Indonesia. Misalkan pembangunan pelabuhan untuk kapal pesiar wisatawan di kawasan yang menjadi tujuan wisata, misalkan di Pangkajene, Sulawesi Selatan, Padang Bay, Bali, Tanjung Mas, Semarang. dan pelabuhan lainnya. Pembangunan akomodasi yang berupa hotel, restoran. Perbaikan jalan raya yang menghubungkan obyek wisata, penyediaan alat transportasi darat untuk pariwisata, maupun usaha jasa lainnya misalkan: perusahaan pengiriman barang (freight forwarder).
Pembangunan pelabuhan wisata ini harus diimbangi dengan persiapan sumber daya manusia yang akan meng-handle sektor pariwisata. Hal ini bisa dilakukan dengan cara mendirikan sekolah pariwisata di daerah maupun memberikan training mengenai hospitality dan tourism communication kepada masyarakat lokal dengan harapan masyarakat bisa menerima program wisata bahari terintegrasi yang akan memiliki manfaat yang besar dalam kehidupan perekonomiannya. Hasilnya, SDM yang berkualitas diserap dalam industri pariwisata maupun diberikaan modal untuk berwirausaha. Hal ini adalah kewajiban pemerintah yang harus dilakukan melalui program kerja nyata yang strategis dan terarah dengan baik.
Dengan berjalannya program wisata bahari yang terintegrasi dengan wisata alam, wisata budaya, wisata kuliner, wisata konvensi dan jenis wisata lainnya. diharapkan akan memberikan manfaat besar bagi masyarakat, sebagaimana halnya dengan tujuan pelaksanaan kegiatan wisata itu sendiri yaitu ERRECT, maksudnya di dalam kegiatan wisata harus mengandung beberapa aspek yaitu: aspek Economy, memberikan manfaat bagi para pelakunya, aspek Recreational, memberikan kesenangan dan kepuasan bagi yang menjalankannya. Aspek Research, pariwisata berbasis penelitian biasanya akan memberikan manfaat yang lebih besar bagi kemajuan ilmu pengetahuan. aspek Education, mampu memberikan nilai pembelajaran dan pengetahuan sehingga menimbulkan kebiasaan “respect to local people, custom and culture.” Dan ini adalah salah satu bagian dari langkah soft diplomacy antar bangsa di dunia. aspek Conservation, program wisata harus menghargai alam dan mendukung upaya konservasi, yang terakhir adalah aspek Temptation, di dalam berwisata harus mampu untuk memberikan dan membangkitkan tantangan bagi yang pelakunya.

(*Penulis adalah Pemerhati Wisata Bahari, Mahasiswa S1 Ilmu Administrasi Negara, Universitas Indonesia dan Asisten Tim Dosen Wisata Alam dan Bahari, Universitas Indonesia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar