Rabu, 14 April 2010

Marine Tourism

Wisata Bahari
Oleh:
Prof. Suharsono, Ph.d, APU
(Direktur Lembaga Oseanologi Nasional, LIPI)

Teluk Tomini (Togian)
 the center of evolution
 the center of acropora species
 nursery ground marine ell / sidat
 Babi rusa, maleo
 the highest for habitat variability
 the origin of marine ell.

Manado (Bunaken)
 highest diversity
 habitat variability
 Lathimeria calumnae

Derawan – Kakaban
 highest priority for sulu-sulawesi eco region
 unique habitat sea-anemon
 high variability of habitat
 high diversity

Banda Island
 Campuran world heritage culture and marine
 High marine biodiversity
 Peninggalan sejarah
 Penghasil Buah Pala
 Rute migrasi burung
 Gunung Api
 Geologi, pertemuan lempeng tektonik

Taka Bonerate
 Atol terbesar ketiga di dunia
 keanekaragaman biota laut yang tinggi
 padang lamun yang luas dan tempat penyu bertelur

Dinamika Industri Wisata Bahari

Dinamika internal dalam industri wisata bahari dipengaruhi oleh:
1. Penyedia Jasa
• Pembuatan kapal berbagai ukuran
• ketersediaan bahan bakar dan turunannya
• bahan dasar dan spare part
• makanan
• peralatan selam dan pemeliharaan
• pedagang
• tenaga-tenaga profesional dalam akunting dan lain-lain
• promosi, publikasi, dan percetakan
• perusahaan transportasi
• institusi pemerintah yang mengawasi kegiatan wisata

2. substitusi
• alternatif tujuan wisata baik di luar negeri atau dalam negeri
• alternatif kombinasi antara wisata bahari dan wisata budaya dan lain-lain

3. Pengusaha baru / Pendatang baru
• investasi cukup besar
• daerah tujuan wisata alternatif / menawarkan aktifitas lain (golf)
• peraturan pemerintah yang ada membatasi jumlah daerah tujuan wisata
• kompetisi harga
• agen dan counter

4. Konsumen
• penawaran yang bersaing dari aktifitas yang dapat dilakukan
• tidak ada istilah fanatik untuk menuju satu tujuan saja malah sebaliknya ingin ke tempat yang lain

5. Internal Operator
• Menekan harga serendah mungkin dengan cara efektifitas dan efisiensi
• pemasaran yang agresif
• penampilan produk yang menarik melalui pelayanan prima dan berkualitas
• pergantian pegawai yang cukup tinggi dan tidak adanya struktur karir yang jelas

PRODUK-PRODUK YANG DAPAT DIJUAL
DALAM INDUSTRI WISATA BAHARI

1. Tour dalam 1 hari
• menawarkan paket 1 hari ke tujuan wisata laut dengan memberikan beragam aktivitas, seperti:
• snorkeling
• pengenalan / sertifikasi pendidikan selam
• kursus singkat pengenalan terumbu karang dan lingkungan laut

2. Penyelaman 2 hari
• menawarkan penyelaman 1 hari ke tempat titik penyelaman
• untuk penyelaman yang bersertifikat
• paket yang ditawarkan biasa dua kali sebelum dan sesudah makan siang
• keberangkatan terjadwal

3. Perpanjangan waktu / hari penyelaman
• paket yang ditawarkan ke berbagai titik-titik penyelaman yang mempunyai variasi pemandangan bawah air.
• Paket perpanjangan penyelaman ini biasanya 1-4 malam
• kursus penyelaman / peningkatan jenjang
• tidak terjadwal

4. Transportasi menuju ke suatu Pulau
• wisata yang menawarkan perjalanan dari darat ke pulau tujuan wisata
• keberangkatan terjadwal

5. Wisata Non Penyelaman yang diperpanjang biasanya berkisar antara 3-4 hari menuju pulau-pulau yang lain.

6. Carter untuk memancing
• menawarkan paket untuk memancing ikan pelagis besar / ikan-ikan kerang yang berada di dekat terumbu karang
• biasa tanpa terjadwal

7. Carter untuk memancing di sekitar pantai atau estuari teluk
• lama carter biasanya 1-3 hari
• tanpa terjadwal

8. Carter Umum
• untuk berbagai kegiatan seperti jalan-jalan, seminar, rekreasi pantai berombongan.
• Tidak terjadwal

FASILITAS DAN PELAYANAN

Akomodasi Tempat Makan Fasilitas Pendukung Kebutuhan Umum Infrastruktur
Bungalow Toko Lokal Komplek Pertokoan Persediaan Air Drainase
Hotel Warung makan Toko Souvenir Sanitasi Jalan
Guest house Restaurant Toko Selam Listrik Airport
resort Bar Agen Perjalanan Telekomunikasi Kereta Api
Kondominium Warung Kopi Persewaan Alat Jalan Kendaraan
Tempat kemah Kios Tempat Bermain Transport Umum Pelabuhan
lain-lain Minuman Dingin Lapangan Olah Raga Tempat Sampah Dermaga
Tempat Mandi
Tempat Parkir
Menara Pengamat
Marina

Pemimpin Yang Berjiwa Maritim

Mencari Pemimpin Muda Berjiwa Maritim
Oleh : Muhammad Hilmi

Sebagai pelaksana aksi sosial perubahan, pemuda bukan saja menyandang status sebagai calon pemimpin dimasa depan, tetapi juga sebagai tulang punggung suatu bangsa yang menentukan maju mundurnya, hidup matinya, berkualitas tidaknya suatu bangsa. oleh karena itu, suatu bangsa yang ingin memiliki masa depan yang gemilang haruslah memperhatikan generasi mudanya, baik dari segi pemenuhan gizinya maupun dari segi pendidikannya dan moralnya. Niscaya kebangkitan suatu bangsa yang sebenarnya akan terwujud bukan hanya sekedar sumpah dan teriakan yang hanya sekedar wacana.
Sumpah pemuda pada tahun 1928 adalah salah satu bukti bahwa peran pemuda dalam membawa arah perjuangan suatu bangsa adalah nyata. Hasrat dan produktivitas yang menggelora untuk menciptakan suatu pola pergerakan baru dalam menghadapi kolonialisme adalah hasil dari jerih payah yang penuh suka duka kehidupan kaum muda. Ketegasan sikap generasi muda dalam memposisikan diri dengan pergerakan dari kaum yang bukan muda adalah sesuatu yang tidak bisa ditawar lagi. Hasilnya adalah totalitas perlawanan terhadap kolonialisme sampai bisa mewujudkan indahnya suatu kata “Merdeka!”.
Pola pergerakan kaum muda Indonesia pada zaman sebelum kemerdekaan tentunya sudah jauh berbeda dengan pola pergerakan kaum muda pada dewasa ini. obyek yang diperjuangkan bukan lagi hanya kemerdekaan suatu bangsa, tetapi merencanakan blue print pembangunan suatu bangsa agar menjadi bangsa yang mandiri, berwibawa dan memiliki segenap sumberdaya manusia untuk merealisasikan blue print yang bisa me-recovery kebobrokan pembangunan yang kurang terencana secara berkesinambungan.
Pada dewasa ini, masa pembangunan di Indonesia telah memasuki tahun ke 63. Seharusnya dengan lamanya masa pembangunan ini bisa memberikan hasil yang dapat dirasakan oleh masyarakat Indonesia secara menyeluruh, baik dari segi pembangunan sosial, ekonomi, kebudayaan, politik dan aspek lainnya yang menyentuh kehidupan masyarakat secara langsung. Kondisi pembangunan di Indonesia saat ini terdapat ketimpangan antara jawa dan luar jawa, laut dan darat. Masalah ini harus segera diatasi karena bisa menimbulkan gejolak penuntutan dari masyarakat yang menjadi korban hasil pembangunan nasional.

Melihat Potensi Kekayaan Alam Indonesia
Kekayaan alam Indonesia yang berada di daratan dan di lautan sangat beragam dan sangat menunjang untuk kelangsungan pelaksanaan pembangunan nasional secara menyeluruh. Indonesia kaya akan hutan tropis yang berfungsi sebagai paru-paru dunia, berbagai macam jenis bahan tambang antara lain: emas, nikel, tembaga, timah, perak, intan, minyak bumi, gas alam, batu bara, pasir, marmer, lain sebagainya, terlalu banyaknya penulis tidak menulis semuanya. Potensi kekayaan alam yang melimpah ruah ini tidak dimiliki oleh negara lain. Tetapi yang terjadi justru sebaliknya, negara yang tidak memiliki potensi ini justru jauh lebih makmur dan sejahtera daripada Indonesia.
Dari sisi potensi kelautan, Indonesia memiliki garis pantai sepanjang 81.000 km terluas didunia setelah garis pantai Kanada. tentunya dan selayaknya bisa digunakan sebagai tempat pariwisata bahari yang menakjubkan dan merupakan areal potensial untuk memperkuat budidaya perikanan. Dan tentu saja, tidak sedikit tenaga kerja yang diserap oleh sektor maritim ini. Dengan kata lain Indonesia sebagai negara kepulauan, memiliki keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif secara global dalam percaturan ekonomi internasional.
Pembangunan kelautan dan perikanan merupakan penggerak utama pembangunan nasional apabila dikaitkan potensi sumber daya yang terkandung di dalamnya berupa lautan luas sekira 5,8 juta km2 misalnya, di dalamnya mengandung potensi perikanan sebanyak 6,7 juta ton per tahun. Di dasar laut perairan Indonesia, terdapat cekungan bumi yang berpotensi mengandung minyak dan gas bumi atau hidrokarbon. Sedangkan permukaan air lautnya, secara kontinyu dimanfaatkan menjadi alur pelayaran dunia, khususnya di Selat Malaka dan jalur-jalur pelayaran melalui alur laut Kepulauan Indonesia.
Sebagai negara bahari dan kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi pembangunan (ekonomi) kelautan yang besar dan beragam. Bidang Kelautan terdiri dari berbagai sektor yang dapat dikembangkan untuk memajukan dan memakmurkan bangsa Indonesia, yaitu: (1) perikanan tangkap; (2) perikanan budidaya; (3) industri pengolahan hasil perikanan; (4) industri bioteknologi kelautan; (5) pertambangan dan energi; (6) pariwisata bahari; (7) angkutan laut; (8) jasa perdagangan; (9) industri maritim; (10) pulau-pulau kecil; dan (11) sumberdaya non-konvensional; (12) bangunan kelautan (konstruksi dan rekayasa); (13) benda berharga dan warisan budaya (cultural heritage); (14) jasa lingkungan, konservasi dan biodiversitas.

Eksistensi Indonesia sebagai negara kepulauan dan maritim terbesar di dunia sesungguhnya memiliki potensi pembangunan ekonomi dalam bidang kelautan yang cukup besar. Apabila potensi tersebut dikelola dengan baik, tidak mustahil akan mampu mengantarkan bangsa Indonesia keluar dari krisis ekonomi yang menimpanya. Menurut Subandono Dipo Saptono, Kasubdit Pengendalian Pencemaran Kelautan dan Perikanan RI, potensi kelautan tersebut secara garis besar dapat dikelompokkan ke dalam empat kategori, yakni: pertama, sumberdaya dapat pulih terdiri dari sumberdaya perikanan tangkap, budidaya pantai (tambak), budidaya laut, bioteknologi kelautan. Kedua, sumberdaya kelautan tidak dapat pulih seperti minyak dan gas bumi, bauksit, timah, bijh besi, dan bahan tambang serta mineral lainnya. Ketiga, energi kelautan merupakan energi non-konvensional dan termasuk sumberdaya keluatn non hayati yang dapat diperbaharui yang memiliki potensi untuk dikembangkan dikawasan pesisir dan lautan Indonesia. Keempat, jasa-jasa lingkungan, terutama untuk pengembangan pariwisata dan pelayaran.

Kendala Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Alam
1. Sikap dan persepsi masyarakat umumnya kurang apresiatif terhadap potensi sumberdaya alam Indonesia sehingga minat untuk mengolah secara optimal masih kurang.
2. Masih rendahnya muatan teknologi di sektor pertambangan, kehutanan, pertanian, perikanan dan kelautan. Hal ini berakibat rendahnya kualitas hasil produksi dan kuantitas yang terbatas.
3. Lemahnya pengelolaan. Dalam konteks ini, pengelolaan sumberdaya pertanian, pertambangan, perikanan dan kelautan masih belum integratif dan komprehensif.
4. Lemahnya pengembangan wilayah yang terkait dengan bidang Kelautan dan Perikanan. Belum dimanfaatkannya potensi-potensi pada kawasan andalan laut secara optimal oleh sektor-sektor terkait, Belum berfungsinya kota-kota pada wilayah pesisir sebagai pusat perdagangan, Belum terciptanya sinergi dalam sistem hirarki fungsional antar outlet-outlet untuk pemasaran hasil-hasil produksi sumber daya kelautan, sebagai perwujudan dari prinsip managed competition, Rendahnya keterkaitan fungsional antara kawasan darat dengan laut, seperti diindikasikan dari rendahnya aksesibilitas antara pusat-pusat kegiatan kelautan dan produksi perikanan dengan pemasaran lokal maupun regional.
5. Faktor Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang diharapkan menjadi saluran membagi kemakmuran secara adil, tampaknya masih sulit diwujudkan karena wajah APBN yang continental oriented, tetap saja menempatkan sektor maritim termasuk provinsi berbasis maritim dan pulau-pulau kecilnya, termarginalisasi dalam pembagian sarana dan prasarana pembangunan.
6. Masih kurangnya dukungan ekonomi-politik. Dalam era pemerintahan sebelumnya, sektor perikanan dan kelautan banyak dimarjinalisasi secara politik dengan menempatkan sektor ini ke dalam posisi kedua (second-best option) dari kebijakan pembangunan pertanian nasional.
7. Implementasi dan penegakkan hukum masih lemah.
Hegemoni KKN dan lemahnya law enforcement sringkali menyebakan pelanggaran yang dilakukan oleh kroni-kroni kekuasaan ataupun investor, nelayan asing bebas merusak sumberdaya kelautan melalui pencemaran pengeboman dan penangkapan ikan secara ilegal. Selain itu, lemahnya penegakan hukum di laut menjadi kontributor utama dari belum berhasilnya rejim tata kelola (governance) perikanan kita.

Strategi Pengembangan Sumberdaya Alam di Indonesia
1. Pemanfaatan sumberdaya kelautan secara efisien, optimal, dan berkelanjutan.
2. Pengembangan sumberdaya dapat pulih melalui pendekatan agribisnis.
3. Pengelolaan berbasis masyarakat dan otonomi daerah.
4. Pengembangan sarana dan infrastruktur pembangunan.
5. Penguasaan sumber daya manusia dan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).
6. Memperbaiki aspek hukum dan peraturan tentang kegiatan eksplorasi
sumberdaya kelautan.
7. Pemberdayaan jaringan kerja dan kemitraan.

Peran Pemimpin Muda dalam Membangun sektor Maritime Indonesia
Dengan melihat potensi sumberdaya alam Indonesia yang melimpah ruah, khususnya sektor kelautan. Peran pemuda sebagai aktor penggerak perubahan dalam suatu peradaban tidak bisa dihindari. Kepemimpinan kaum muda harus proaktif untuk segera mengambil peran yang strategis untuk mengelola dan memanfaatkan sumberdaya kelautan dengan semaksimal mungkin. Penguasaan dibidang teknologi kelautan harus dikuasai dan diimbangi dengan pembinaan langsung kepada masyarakat yang hidup disekitar laut.
Kepemimpinan kaum muda yang memiliki kapabilitas dan integritas dalam bidang kelautan akan mampu membawa negara Indonesia menjadi kekuatan perekonomian baru di dunia. Hal ini tentunya harus diimbangi dengan kebijakan lintas sektoral yang saling mendukung guna mengurangi ketimpangan orientasi pembangunan nasional. fokus pembangunan pada sektor kelautan sudah terbukti kehandalannya melalui bukti sejarah nusantara.
Sejak abad ke-15, kebesaran maritim nusantara telah dikenal luas oleh bangsa-bangsa Eropa dan Timur Tengah. Nenek moyang kita dikenal berhasil menundukkan samudra luas. Kargo yang diangkut pelaut-pelaut kita selalu dinantikan oleh bangsa-bangsa lain. Pada masa itu, penguasaan terhadap lautan luas sudah menjadi ikon perdagangan lintas bangsa, yang di dalam ilmu ekonomi dikenal dengan sebutan open market economy. Lahirnya globalisasi ekonomi saat ini sebenarnya merupakan pengulangan sejarah masa lalu yang telah dilakoni oleh nenek moyang kita dengan keandalannya mengarungi samudra luas, menembus batas bangsa-bangsa lain, melakukan transaksi ekonomi, dan membuka kerjasama perdagangan (jual beli).
Singkatnya, jika kita mampu mendayagunakan segenap potensi kelautan, penulis yakin, bidang kelautan tidak hanya mampu mengeluarkan bangsa ini dari persoalan kemiskinan dan pengangguran. Akan tetapi, bidang tersebut juga mampu mengantarkan Indonesia menjadi bangsa yang maju. Semua itu bisa terwujud apabila kebijakan politik-ekonomi (seperti fiskal-moneter, hukum, keamanan, otonomi daerah, infrastruktur, dan ketenagakerjaan) bersifat kondusif bagi berkembangnya sektor kelautan.

Jauhi Narkoba untuk Menuju Bangsa Yang Berwibawa

“Cinta Narkoberry atau Pilih Peti Mati”
oleh: Muhammad Hilmi

Kita merasa prihatin dengan generasi muda yang masih berpikir sempit dalam menghadapi permasalahan hidupnya, kemudian melarikan diri dengan menyalahgunakan narkoba. Padahal seharusnya pemuda berpikir jernih, dan membuka mata dunia bahwa indonesia adalah negara kaya raya dan memiliki pemuda yang disiplin, mandiri, ulet dalam berkompetisi untuk mengejar prestasi, kemudian mempersembahkannya untuk ibu pertiwi.

Narkoba dan Penyalahgunaannya
Cobalah anda seharian menonton televisi, maka bisa dipastikan banyak disiarkan kasus-kasus narkoba. Ada mahasiswa yang ditangkap karena memakai putau, aparat keamanan yang pesta sabu-sabu di sebuah kamar hotel, bahkan ada satu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak, dan menantu yang berbisnis narkoba. Sungguh sangat mengerikan sekali.
Sebenarnya apa yang dimaksud dengan narkoba? Narkoba adalah zat-zat kimiawi yang kalau dimasukkan ke dalam tubuh manusia-baik secara oral atau lewat mulut, dihirup atau disuntik (istilahnya intravena)-dapat mengubah pikiran, suasana hati, atau perasaan dan perilaku seseorang. Sedangkan penyalahgunaan narkoba adalah pemakaian obat dan zat-zat berbahaya lain dengan maksud bukan untuk tujuan pengobatan atau penelitian serta digunakan tanpa mengikuti aturan serta dosis yang benar.

Jenis Obat-obatan dan Narkotika
Terdapat beragam jenis obat-obatan dan narkotika yang beredar di Jakarta yang menurut data Polda Metro Jaya adalah heroin, ganja, morfin, candu, hasis, ekstasi, sabu-sabu, dan piskotropika golongan IV. Secara umum, jenis obat-obatan dan narkotika yang dikenal di dunia antara lain LSD (Lysergic Acid Diethylamide), amphetamine, nitrit/popper, opiade/heroin, cannabis (termasuk dalam kategori ganja), kokkain, steroid, MDMA (ecstasy), ketamine, dan lainnya.
Ada juga kategori yang disebut solvent/inhalant, di mana beberapa substansi berbahan karbon mempunyai dampak yang sama seperti alkohol atau anestesi kalau dihirup. Dalam kategori ini antara lain termasuk lem, cat, atau cairan pembersih lainnya. Ada juga dalam bentuk cair seperti minyak tanah dan bensin. Semua itu kalau dihirup secara berlebihan menyebabkan halusinasi, disorientasi, kehilangan kontrol, dan adakalanya juga kehilangan kesadaran.
Berbicara penyalahgunaan narkoba, maka terdapat beberapa pelaku yang seharusnya diperhatikan dalam rantai distribusi barang terlarang ini. Yaitu mulai dari produsen, jaringan penyalur (distributor), sampai jaringan pemakai (konsumen). Oleh karena itu, dibutuhkan tindakan penyelamatan generasi muda dengan cepat, tepat, kreatif, dan bermanfaat oleh berbagai pihak, baik dari pemerintah, masyarakat, sekolah, dan keluarga untuk mengatasi pelaku dan korban dalam penyalahgunaan narkoba ini yang berasal dari berbagai tingkatan sosial, ekonomi, maupun usia.

Faktor-faktor Penggunaan Narkoba
Apabila kita telisik lebih dalam faktor penyebab penyalahgunaan narkoba, tentunya akan banyak sekali penyebabnya. Namun banyak kasus yang mengungkap penyebab menggunakan narkoba karena ditawari, atau mendapat tekanan dari teman pergaulannya. Atau bisa saja menggunakannya bertujuan untuk menghindari atau melupakan masalah dan konflik yang sedang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Perlu disadari bersama bahwa ada beberapa faktor yang saling berinteraksi yang mendorong seseorang menyalahgunakan obat terlarang (Chatarina Wahyurini dan Yahya Ma'shum). Hal ini antara lain:
1. Faktor Individu.
Penyalahgunaan obat lebih dipengaruuhi oleh keadaan mental, fisik, dan psikologis seseorang. Kondisi mental seperti gangguan kepribadian, depresi, dan gangguan mental dapat memperbesar kecenderungan seseorang untuk menyalahgunakan narkotika. Selain itu, faktor psikologis juga turut mempengaruhi, yaitu: kepercayaan diri kurang atau kurang PD, ketidakmampuan mengelola stres, coba-coba dan berpeluang untuk memperoleh pengalaman baru.
2. Faktor Obat / Zat.
Adanya perubahan nilai yang merupakan dampak dari perubahan zaman sehubungan dengan arti dan alasan penggunaan zat-zat psikoaktiva. Obat tidur, misalnya, sekarang banyak dikonsumsi masyarakat tanpa berdasarkan resep dokter untuk mengatasi insomnia. Selain hal tersebut, ada beberapa jenis obat yang digunakan sebagai tolok ukur status sosial tertentu. Dan juga adanya keyakinan sebagian masyarakat yang menganggap bahwa obat dapat membantu meningkatkan rasa percaya diri dan mengurangi beban masalah yang sedang dihadapi.
3. Faktor Lingkungan
faktor lingkungan yang dianggap dapat menyebabkan penyalahgunaan obat/zat, antara lain:
(a). Hubungan keluarga yang tidak harmonis mempunyai masalah dengan penyalahgunaan obat/zat. Misalnya ibu yang terlalu sayang kepada anaknya hingga bersikap terlalu dominan, overprotektif, ayah yang otoriter. Atau orang tua yang terlalu memaksakan kehendak kepada anak tanpa memahami kondisi anak sehingga anak melarikan diri ke alam impian melalui obat. Pengaruh kebiasaan anggota keluarga yang lain, seperti orang tua dan kakak yang juga menggunakan obat/zat terlarang tersebut.
(b). Pengaruh teman ini sangat besar dalam penggunaan obat/zat terlarang. Hukuman oleh kelompok teman sebaya, terutama pengucilan bagi mereka yang mencoba berhenti, dirasakan lebih berat dari penggunaan obat itu sendiri (50 persen).

Ciri-ciri remaja yang potensial terkena narkoba
terdapat beberapa ciri-ciri remaja yang potensial berisiko menyalahgunakan narkoba, antara lain: mempunyai sifat mudah kecewa dan untuk mengatasi cenderung agresif dan destruktif. Bila menginginkan sesuatu tidak bisa menunggu, harus dipenuhi segera. Pembosan, sering memeras, tertekan, murung, merasa tidak mampu berbuat sesuatu yang berguna dalam hidup. Suka mencari sensasi. Kurang motivasi untuk berhasil dalam pendidikan, pekerjaan, atau kegiatan lain. Kurang percaya diri, selalu cemas, apatis, menarik diri dari pergaulan, depresi, kurang mampu menghadapi stres.

Tahapan Penyalahgunaan Narkoba
Terdapat empat tahapan penyalahgunaan narkoba (Chatarina Wahyurini dan Yahya Ma'shum), antara lain: (1). Tahap coba-coba. Awalnya ingin tahu dan ingin memperlihatkan kehebatan kepada temannya. Kemudian berlanjut ke tahapan yang lebih parah. (2). Kadang-kadang atau pemakaian reguler. Setelah melewati tahapan coba-coba kemudian melanjutkan pemakaian psikoaktif sehingga menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Terkadang tidak ada perubahan mendasar yang dialami pemakai. (3). Tahap ketagihan. Yaitu tahapan yang frekuensi, jenis, dan dosis yang dipakai meningkat, termasuk bertambahnya pemakaian bahan-bahan berisiko tinggi gangguan fisik, mental, dan masalah-masalah sosial makin jelas. Pada beberapa pemakai (dengan bantuan) masih bisa berhenti pada tahapan ini. (4) Tahap Ketergantungan. Tahap ini merupakan bentuk ekstrem dari ketagihan. Keadaan pemakai selalu membutuhkan obat tertentu agar dapat berfungsi secara wajar, baik fisik maupun psikologis.

Bagaimana Cara Menghindarinya
Diperlukan beberapa langkah yang tepat untuk menghindari agar kita tidak terjerat pada bahaya penyalahgunaan obat/ zat narkoba, dikenal dengan 6 M, antara lain:
1. Mendekatkan diri kepada Tuhan dengan cara rajin beribadah dan meminta bimbingan agama kepada pemuka agama masing-masing.
2. Mempelajari bahaya narkoba dari berbagai macam media (koran, majalah, televisi, internet, dan lain-lain).
3. Membawa bekal makanan dari rumah agar tidak jajan sembarangan. Kalau merasa pusing setelah amakan atau minum sesuatu, segeralah melapor kepada orang tua atau guru.
4. Menolak pemberian dari siapapun yang berupa narkoba, rokok, maupun minuman keras.
5. Memilih teman yang baik, dan tidak suka mengajak membolos, mencuri, atau berbohong.
6. Mengisi waktu luang dengan kegiatan olahraga, kesenian, berorganisasi, dan belajar bersama.

Minggu, 11 April 2010

Java-Bali Overland Tour 2009

Laporan Perjalanan
Java Bali Overland Tour 2009
08-01-2009
oleh: Muhammad Hilmi

Day I: Depok – Yogyakarta
Pada hari pertama Jawa Bali Overland Tour 2009, penulis mengikuti persiapan sebagaimana yang menjadi standart dalam pelaksanaan perjalanan wisata, antara lain: membawa luggage dengan ukuran standart dan menempati seat sesuai dengan ketentuan dari Tour leader pada hari pertama.

Perjalanan dari lapangan parkir Fisip UI dimulai pada pukul 06.24 WIB. Kemudian berhenti di Rest Stop KM.57 Tol Cikampek pada pukul 08.21 WIB. Menurut penulis, selama perjalanan dari kampus sampai dengan Rest stop berjalan cukup lancar dan mengalami sedikit kemacetan normal dari pintu keluar kampus UI sampai dengan pintu tol Tanjung Barat.

Perjalanan mulai mengalami gangguan ketika ban bus bagian kiri depan kempes di daerah Garut. Crew Bus Pariwisata “Jakarta Wisata” yang terdiri dari Pak Nardi, Pak Ruslan (Driver) dan Ahmad dengan segera mengganti ban yang bocor tersebut dengan ban serep yang tersedia.

Pada saat mengganti ban bocor tersebut, mahasiswa terlihat ikut membantu dengan memberi aba-aba kepada kendaraan lain, mengingat lokasi berhenti bus persis di depan jalan yang menikung cukup tajam. Sebagian yang lain mengambil batu untuk mengganjal roda bagian belakang bus.

Pada hari pertama ini, menurut pendapat penulis, kondisi kesehatan mahasiswa yang mengikuti Java Bali Overland Tour 2009 kurang begitu baik. Hal ini dikarenakan kurangnya waktu tidur pada malam hari dan sebelum berangkat belum sempat sarapan pagi, ditambah dengan belajar material guide yang cukup banyak bagi mahasiswa yang mendapat bagian tugas menjadi guide pada hari pertama. Pendapat penulis ini terbukti dengan banyaknya mahasiswa yang merasa tidak enak badan, mual, bahkan ada salah satu mahasiswa yang mengalamai pingsan ketika perutnya merasa mual dan ingin muntah, Sari Gumilang. Penulis bersyukur karena persiapan medis dari panitia pelaksana cukup matang dengan koordinator Aulina Agfa Hamdini yang selalu terus berkonsultasi dengan Dr. Boedhihartono, selaku dosen di DIII Pariwisata dan sekaligus berprofesi sebagai seorang dokter.

Lunch dilaksanakan pada pukul 12.15 WIB di Restoran di daerah Tasikmalaya, Jawa Barat. Penulis setelah mengambil menu makan siang di meja Tim Dosen pembimbing, langsung menuju ke meja makan mahasiswa dengan maksud melihat kondisi mahasiswa. Ternyata ada beberapa mahasiswa yang tidak makan siang karena perutnya merasa mual dalam perjalanan, Ana Lucia. kemudian penulis mencoba menganjurkan kepada mahasiswa untuk memakan pisang agar perutnya terisi sambil mengingatkan jarak perjalanan menuju Yogyakarta masih cukup jauh dan lama.

Pada pukul 16.00 WIB di daerah Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, bus berhenti kembali mengalami bocor ban dan sekaligus menambal ban yang bocor sebelumnya. Ternyata setelah semua ban diChek, ada beberapa ban yang harus diganti dan sekaligus ditambal untuk mengantisipasi kejadian yang sama. Dengan kondisi hujan cukup deras terpaksa mahasiswa ikut turun semua dan menumpang di Depan rumah penduduk. Kejadian ini berlangsung sampai dengan pukul 19.30 WIB dan berpengaruh terhadap jalannya tour program dan distribution of time yang telah dibuat. Dampaknya adalah perubahan restoran tempat makan malam (dinner) dari rencana semula di Ambarketawang restaurant, berubah di Candi Sari Restaurant Kebumen. Waktu makan malam akan mundur pukul 23.00 WIB kalau tetap di Ambarketawang. Keputusan perubahan restaurant ini diambil dengan pertimbangan yang matang antara Dosen Pembimbing, Bendahara Sekretariat DIII Pariwisata, dan Tour Leader hari pertama.

Setelah selesai menambal ban, perjalanan dilanjutkan kembali dengan itenerary menuju restaurant Candi sari Kebumen. Setelah makan malam, didalam bus diumumkan berita duka, telah meninggal dunia ibunda dari Bapak Wilibrodus John, SE. di Nusa Tenggara Timur, penulis dan semua mahasiswa merasa turut berduka yang sangat dalam atas kepergian ibunda dari bapak John yang ikut mendampingi perjalanan kami. kemudian kami melanjutkan perjalanan menuju Putra Jaya Guest House, Jln. Prawirotaman, Yogyakarta. Pada pukul 00.30 WIB rombongan tiba di Hotel, melakukan pembagian kamar dan langsung melakukan Chek in.

Day II: Yogyakarta-Probolinggo-Bromo Tour
Itinerary hari kedua tour yaitu dimulai setelah breakfast dan check out pada pukul 07.30 WIB dari Putra Jaya Guest House, Jln. Prawirotaman, Yogyakarta. Perjalanan dimulai menuju Candi Ratu Boko. Di Candi ini mahasiswa berjalan mengikuti Local Guide dan dosen pembimbing menuju lokasi situs kerajaan yang sebagian masih sedang dalam pemugaran. Mahasiswa terlihat begitu antusias dan ingin mengetahui bagian-bagian situs yang berada pada lokasi yang saling terpisah. Penulis ikut mendampingi langsung mahasiswa untuk melihat langsung bagian situs ratu boko yang berada di sebeleh utara dari pendapa raja, yaitu batu yang ditengah-tengahnya terdapat gua. Setelah itu, penulis bersama mahasiswa kembali menuju tempat parkir bus di bagian bawah Bukit Ratu Boko. Ternyata sebagian besar mahasiswa sudah berada di dalam bus dan siap untuk melanjutkan perjalanan menuju Trowulan dan Probolinggo, Jawa timur.
Setelah Tour Leader memastikan semua mahasiswa sudah lengkap, kemudian perjalanan dilanjutkan dan berhenti di Kartasura karena salah satu Dosen pembimbing, Pak Iman Kadarisman, SE. MM, harus berpisah dengan rombongan demi melaksanakan tugas beliau sebagai Staff Ahli DPR-RI Komisi V, dan akan menyusul rombongan dihari keempat di Bali. Perjalanan dilanjutkan kembali, akan tetapi ditengah perjalanan, di Kabupaten Sragen, Tim Dosen meminta kepada sopir untuk berhenti dengan tujuan mengajak mahasiswa untuk menikmati buah durian (Durio sibetanus sp.) dan rambutan (Rambutan). Penulis dan beberapa mahasiswa mencoba untuk berwisata kuliner dipinggir sawah yaitu menikmati kelapa bakar dengan harga Rp. 8000,-. Menurut penjualnya minuman ini berkhasiat mengobati penyakit ginjal. Cara penyajiannya yaitu setelah kelapa dibakar kemudian dibuka ujung atasnya dan diberi lima sendok madu dan susu kental manis, kemudian disajikan kepada pembeli. Setelah minum kelapa bakar badan terasa enak dan berkeringat. Penulis mencoba mencicipi durian bersama dengan mahasiswa lainnya. Setelah itu melanjutkan perjalanan menuju Restoran Pagi Sore, di Caruban, Kabupaten Madiun.

Sesampai di Restoran Padang Pagi siang Caruban, penulis memilih untuk makan siang bersama dengan mahasiswa karena penulis belum mengetahui kalau seharusnya setiap waktu makan seharusnya ikut bersama dengan tim dosen sebagai pendamping. Selesai makan siang, mahasiswa diberi waktu lima belas menit untuk melakukan aktivitas sholat, maupun ke toilet sambil menunggu instruksi dari tour leader bahwa perjalanan akan dilanjutkan. Selesai makan siang, perjalanan dilanjutkan menuju Trowulan, Mojokerto. Menurut asumsi penulis lama perjalanan tiga jam maka akan bisa masuk museum trowulan. Akan tetapi, perkiraan itu ternyata kurang tepat. Sesampai di trowulan hari sudah gelap, maka Pak Yan L. Simandjuntak menjelaskan sejarah kolam segaran peninggalan Kerajaan Majapahit, dan pintu gerbangnya juga sudah tidak kelihatan lagi karena cuaca hujan dan faktor waktu sudah malam. Sepuluh menit kemudian sampai di restoran padang Sari Bundo dan waktu makan malam diajukan karena khawatir kalau makan malam di Hotel Panorama, Probolinggo akan mengalami keterlambatan kedatangan.

Setelah makan malam, perjalanan dilanjutkan menuju Probolinggo, ternyata ditengah perjalanan terjadi pengalihan jalur menuju Pasuruan dialihkan karena ada jembatan yang mengalami kerusakan. Perjalanan menjadi agak lama karena jalur yang dilewati bus adalah jalur kecil yang melewati perkampungan penduduk. Setelah rombongan sampai di Hotel Panorama, Probolinggo pada pukul 22.30 WIB. Setelah tour leader membagi rooming list, mahasiswa dan dosen langsung melakukan check in kemudian T/L hari ketiga mengambil alih tugas T/L hari kedua dengan di-briefing oleh Pak Yan. Karena itinerary dini hari ini adalah menuju Bromo Tour.

Day III: Bromo-Probolinggo-Kuta
Morning Call dilaksanakan pukul 02.00 WIB, kemudian dilakukan briefing oleh Mas Anang (Local Guide) di lobby hotel. Setelah itu T/L dan assistennya melakukan pembagian kelompok disesuaikan dengan kendaraan 1,2, dan 3. Setelah briefing mahasiswa dipanggil oleh T/L untuk segera memasuki mobil masing-masing sesuai dengan kelompoknya. Dr. Boedhihartono sebagai penanggungjawab mahasiswa di mobil no.1, Penulis kebagian menjadi penanggungjawab mobil nomor 3. Amanah yang diberikan kepada penulis ini dilaksanakan dengan gembira, hati-hati dan penuh tanggungjawab. Perjalanan dimulai pada pukul 02.30 WIB, dengan asumsi lama perjalanan 1 jam 30 menit melalui pintu masuk Desa Wonokitri untuk menuju Pananjakan dengan ketinggian kurang lebih 2700 m dpa. Menurut perkiraan local guide, Mas Anang, kita kemungkinan bisa menyaksikan sunset karena tadi malam hujan cukup deras telah mengguyur Probolinggo, maka kabut yang menutupi matahari kemungkinan tidak ada atau cerah.
Setelah mobil nomor 3 sampai di Pananjakan dan mobil diparkir. Mahasiswa mulai merasakan kedinginan. Padahal untuk melihat matahari terbit harus berjalan 200 meter lagi dan sampai di Bromo View yang merupakan tempat untuk menyaksikan matahari terbit. Sambil menunggu kedatangan Mobil nomor 1 dan 2, mahasiswa yang naik mobil nomor 3 sejenak melepas rasa kantuk yang berganti menjadi kedinginan yang menusuk tulang. Mereka saling berfoto, ada yang mau ke toilet, dan ada yang ingin membeli mie instant maupun wedang jahe hangat. Sesaat kemudian dua mobil datang dan secara serentak mahasiswa berjalan bersama menuju Bromo View. Setelah sampai di Bromo View, mahasiswa diberikan waktu empat puluh lima menit untuk menikmati pemandangan, berfoto, maupun menunggu sunset. Ternyata dengan tiba-tiba kabut cukup tebal datang dan secara otomatis menutupi pemandangan untuk melihat sunset, maka local guide menganjurkan kepada penulis untuk mengajak kembali ke mobil masing-masing untuk melanjutkan perjalanan menuju kawah gunung bromo.

Perjalanan menuju kawah Gunung Bromo membutuhkan waktu kurang lebih 25 menit dari pananjakan, karena kondisinya sedang musim hujan otomatis jalan menjadi licin dan lautan pasir yang sangat luas itu ditumbuhi rerumputan liar. Mahasiswa terlihat sangat senang, meskipun ada yang sakit, Amellia di mobil nomor 1, Sari Gumilang dan Zulfahmi memilih tetap tinggal di hotel karena kondisi tubuhnya yang kurang sehat. Sebagaimana penulis tanyakan langsung kepada mahasiswa yang sakit, adalah akibat dari tidak makan tepat waktunya sehingga kondisi kesehatan tubuhnya menjadi labil. Amellia mengatakan bahwa waktu makan malam di Mojokerto dia hanya makan sedikit karena ada keluhan sakit hepatitis B. Dan ketika dia bertanya kepada penulis ketika dalam perjalanan menuju Bali, “kira-kira boleh atau enggak kalau saya minta izin untuk pulang karena kondisi yang lagi sakit?.” Penulis menjawab, “berarti anda harus minta izin kepada dosen pembimbing yang terdiri dari Pak Boedhi, Pak Jajang, Pak Yan, Pak Iman, dan Pak John. Tapi, alangkah lebih baiknya kalau ikut tour Jawa Bali ini sampai hari terakhir, karena ini adalah kesempatan yang sangat berharga baik kebersamaan bersama teman-teman maupun nilai pembelajaran aplikasi mata kuliah yang selama ini di dapat. Alangkah lebih baiknya nanti kalau sampai di Bali, kalau masih merasa sakit maka anda bisa istirahat dengan cukup sampai badan terasa enak kembali, dan bisa mengikuti tour lagi” Demikian sekilas dialog antara penulis dengan mahasiswa yang tidak mungkin ditulis semuanya. Dan ternyata jawaban penulis ini bisa diterima oleh mahasiswa. Meskipun ada sebagian mahasiswa yang lain, Arief Setyo Wicaksono, mengalami kondisi serupa dan penulis sarankan dengan hal yang sama, tapi ternyata tetap memilih untuk pulang ke Jakarta pada hari ketiga Jawa Bali Overland Tour 2009.

Selesai dari Kawah Bromo, perjalanan dilanjutkan menuju Hotel Panorama di Probolinggo. Dengan lama perjalanan satu jam atau lebih cepat tiga puluh menit daripada waktu berangkat karena jalannya menurun. Setelah sampai hotel, mahasiswa disarankan untuk saling bergantian dalam sarapan dan sebagian lagi agar mandi dan packing barang untuk persiapan check out hotel untuk melanjutkan perjalanan ke Bali.
Setelah semua mahasiswa selesai sarapan dan koper telah dimasukkan ke dalam bagasi bus, kemudian tour leader meminta kepada driver untuk menyalakan mesin, mempersilakan para dosen pendamping untuk memasuki bus dan mahasiswa untuk menempati seat masing-masing. Sebelum berangkat Dr. Boedhihartono sempat memanggil penulis untuk mengingatkan kepada driver agar berhenti di jalan untuk menjemput beliau yang sedang jalan kaki melihat pemandangan dan kondisi masyarakat Kabupaten Situbondo. Kira-kira 700 meter dari hotel bus berhenti untuk menaikkan Pak Boedhi.
Mahasiswa dipersilakan oleh Pak Yan untuk tidur selama 1 jam karena waktu tidur semalam sangat kurang dan tenaga terkuras pada waktu naik Gunung Bromo. Perjalanan masih sangat jauh dan membutuhkan waktu kurang lebih lima jam untuk sampai ke Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi. Penulis merasakan perjalanan begitu indah dan menyenangkan. Tentunya karena merasa bisa ikut mendampingi mahasiswa Diploma III Pariwisata Konsentrasi Travel yang sedang ditempa mental dan kemampuannya dalam mengelola suatu perjalanan wisata, dan penulis juga merasa sedang bernostalgia sebagaimana perjalanan pada tahun sebelumnya yaitu pada saat penulis menjadi mahasiswa semester akhir Diploma III Pariwisata Fisip UI.

Sepanjang perjalanan menuju di Jalur Pantura Situbondo-Banyuwangi, pemandangan disebelah kiri jalan terlihat laut yang begitu indah dengan pantai putih dan hutan mangrove yang begitu lebat, terdapat tempat wisata Pasir Putih dan Watu Ulo yang letaknya berdekatan. Sedangkan di pinggir jalan pemandangannya adalah pohon asam jawa (Tamarine) dan perkebunan tebu (Sugar cane plantations). Ketika perjalanan mulai memasuki Taman Nasional Baluran (Baluran National Park) terasa sangat berbeda karena di sebelah kanan dan kiri jalan pamandangannya adalah Pohon Jati (Tectona Grandis) dan iklim hutannya adalah termasuk golongan Savana wood land. Taman nasional ini seluas 50.000 hektar dan di dalamnya masih terdapat banteng jawa (Bubalos-bubalis), Kijang, dan ajag (Wild dog).(Insight Guides, 2004).

Setelah melewati Taman Nasional Baluran, lebih 45 menit lagi akan sampai di Restoran Grafika, Ketapang, Banyuwangi. Mahasiswa terlihat begitu bahagia karena Pulau Bali sudah terlihat di depan mata dan tinggal menyeberang dengan menggunakan kapal ferry maka sampailah kita di Pulau Dewata (The God Island).

Setelah sampai di Restaurant, mahasiswa langsung menuju meja dibelakang restaurant yang menghadap ke laut dan Pulau Bali untuk take in tempat duduk. Setelah itu berbaris dengan rapi untuk antri dalam mengambil makanan di meja prasmanan yang telah disediakan. Penulis bermaksud ingin ikut dalam nuansa kebersamaan dengan mahasiswa, tapi bapak Dosen memanggil penulis untuk ikut makan di meja dosen. Sungguh suatu kehormatan bagi penulis mendapatkan kepercayaan untuk ikut belajar yang kedua kali dalam Program Jawa Bali Overland Tour. Setelah penulis mengambil menu di meja dosen, kemudian meminta izin kepada dosen agar diperkenankan untuk duduk di meja belakang bersama dengan mahasiswa. Karena penulis lebih suka memperhatikan tingkah laku mahasiswa barangkali ada mahasiswa yang sedang sakit, kurang nafsu makan, maupun masalah lain yang sekiranya bisa dibantu dalam mencari solusi. Karena penulis memiliki keyakinan bahwa masalah akan lebih mudah untuk diselesaikan sambil menikmati hidangan makanan.

Selesai dari Restaurant Grafika, perjalanan dilanjutkan menuju Pelabuhan Ketapang yang memakan waktu 10 menit. Sebelumnya, Tour leader dan asistennya meminta kartu tanda mahasiswa (KTM) utuk dikumpulkan sebagai tanda pengenal ketika melewati proses pengechekan administrasi oleh petugas pelabuhan. Pak Yan menyarankan agar Korden ditutup dan mahasiswa turun untuk menuju ferry. Setelah bus naik di lambung kapal, dan mahasiswa naik semua, 30 menit kemudian kapal ferry berangkat menuju Pelabuhan Gilimanuk, Bali. Penulis memberikan info kepada assisten T/L, Dinni agar diinfokan bahwa setelah sampai di Bali waktu setempat dipercepat menjadi 1 jam karena perbedaan waktu.

Rumah Idamanku

Rumah “Wisataku”
Oleh: Muhammad Hilmi

Saya memiliki ide yang saya kira cukup menarik dan simple yaitu membuat rumah dengan konsep rumah wisata. Setiap orang yang masuk rumah ini akan dibuat terkesan dan betah dengan fasilitas yang sederhana, ramah lingkungan dan sehat tentunya.
Desain rumah ini bisa menyesuaikan dengan kapasitas kantong (finansial) pemiliknya. Bisa terbuat dari tembok dan bisa juga menggunakan bahan dari bambu maupun kayu (jati, mahoni, bengkiray, meranti, dll). Konsepnya sangat sederhana, yaitu :

1. Rumah diusahakan terletak didekat hutan atau sawah, atau sungai.
2. ukuran rumah jangan terlalu besar untuk efektifitas penggunaan ruangan.
3. Rumah dibuat seperti rumah panggung dengan tujuan menghindari serangan binatang buas, misalkan ular berbisa.
4. Ruangan harus dibuat berdasarkan standart fasilitas ekowisata. Misalkan ruang tamu dibuat dengan desain alam (dinding terbuat dari kayu/bambu, meja terbuat dari bambu, lantai terbuat dari anyaman bambu, gelas minuman terbuat dari bambu yang dipotong menyerupai gelas tapi harus tetap higienis, asbak terbuat dari bambu. Hal ini bertujuan untuk menyadari bahwa indonesia sebenarnya memiliki potensi bambu dan masih belum dimanfaatkan dengan maksimal.
5. Ruangan tidur cukup dua. setiap ruangan terdiri dari 2 bed yang semuanya terbuat dari kayu. Biar ruangan tampak lebih cerah, ventilasi udara harus diperhatikan, jendela harus dibuat menghadap timur agar sinar matahari pagi bisa menembus kamar. Fasilitas kipas angin / AC tidak diperlukan, karena semilir angin bisa menembus sela-sela dinding ruangan yang sengaja dibuat di atas jendela.
6. Dapur dibangun dibagian belakang rumah dengan konsep “Dapur Kuliner”. Harus dilengkapi dengan segala perlengkapan memasak yang ditata rapi di rak yang terbuat dari stainless steel, 1 kompor untuk memasak dengan tabung gas ukuran 12 kg, kran air untuk mencuci peralatan, tempat sampah yang memisahkan antara sampah organik dan non organik. Bumbu-bumbu masak yang disimpan di dalam kulkas minibar Kapasitas 30 - 50 Liter akan membantu makanan supaya tetap segar. Terdapat jendela ukuran 1 m2 yang bisa dibuka untuk sirkulasi asap pada saat memasak. Daftar menu dan bumbu sudah tersedia di dalam buku menu dapur sehat ala keluarga indonesia.
7. Kamar mandi dan toilet terletak di lantai bawah, dengan konsep: kamar mandi sehat yaitu memperhatikan ukuran yang sesuai kebutuhan kita. Di dalam kamar mandi terdapat wastafel, closet jongkok, shower dan bathtub. Lantai terbuat dari kerikil kali yang bisa memijat kaki. Warna dipilih yang cerah dan terang, pencahayaan alami terdapat di bagian atas, dan ventilasi terdapat di dinding, di atas pintu, atau bukaan ke plafon.
8. Di sekeliling rumah, terdapat tanaman buah-buahan (rambutan, mangga, jambu, ubi jalar, ubi pohon, jahe-jahean, terong, cabe, lengkuas, temulawak, dll) selain untuk memenuhi kebutuhan dapur, juga untuk menjaga udara agar tetap bersih dari polusi.
9. Di halaman belakang terdapat kandang kuda, kambing ettawa, bebek dan soang. Tujuannya adalah kotoran kambing digunakan sebagai pupuk kandang, susunya digunakan untuk memenuhi kebutuhan protein kita. Bebek dan soang kita manfaatkan untuk menghasilkan telur. Sedangkan kuda kita gunakan sebagai alat transportasi dan berolahraga yang tidak membuat polusi udara.

Agar tidak ketinggalan informasi, tentunya rumah ini juga dilengkapi dengan saluran informasi, misalkan TV kabel, internet, dan jaringan telepon. Dengan konsep rumah wisata sehat indonesia diharapkan akan membuat kehidupan menjadi lebih indah, aman, nyaman dan ramah lingkungan.
Dengan fondasi yang kuat, karena terbuat menggunakan Semen Holcim membuat rumah ini semakin kokoh, kuat, dalam waktu lama.
Selamat mencoba membuat rumah wisata indonesia. Semoga Indonesia menjadi lebih sehat.

Membumikan Wisata Bahari

Potensi Wisata Bahari Indonesia
(Masyarakat Nelayan sebagai Aktor utama)
Oleh: Muhammad Hilmi*


Indonesia adalah Negara Maritim yang memiliki kurang lebih 17.000 pulau dan panjang garis pantai 81.000 km. jauh melebihi India yang memiliki panjang garis pantai 4800 km, hanya berselisih sedikit dengan panjang garis pantai Pulau Sulawesi yaitu 4600 km. Jika kondisi ini disadari oleh pemerintah dan masyarakat indonesia, kemudian memanfaatkannya secara optimal, maka akan menghasilkan potensi perekonomian yang sangat besar, mengingat bahwa lautan kita memiliki mega biodiversity sumber daya kelautan. kekayaan berupa, 773 spesies vegetasi laut, 981 jenis karang laut, 850 spesies sponge, 2500 spesies Moluska, 1512 spesies Crustacea, 784 spesies echinodermata, 2140 spesies ikan, 38 spesies reptil, 148 spesies burung dan 30 spesies mamalia laut.

Masyarakat kita masih banyak yang belum menyadari bahwa di daereah sekitarnya terdapat beberapa keunggulan pantai yang tidak dimiliki oleh negara lain, antara lain: terletak di daerah tropis, memiliki garis pantai yang panjang, memiliki karang yang melingkari pulau (atoll), yang membentengi pesisir (fringing reef), memiliki air yang terjebak dalam daratan yang berasal dari laut (lagoon), kaya dengan ribuan jenis ikan dan siput yang bisa dikonsumsi. Dan masih banyak lagi potensi budaya maritim yang unik yang membutuhkan keseriusan untuk ditangani secara profesional oleh pemerintah dan dijual sebagai paket wisata bahari yang terintegrasi secara nasional.

Pantai yang menjadi primadona wisatawan adalah pantai yang berpasir putih. karena selain terlihat lebih bersih, juga memiliki keindahan alam bawah laut yang sangat menakjubkan. Jika dilihat dari bentuk pantai dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain: Pantai sub-mergence yaitu pantai yang tenggelam yang sebenarnya adalah bagian dari daratan, contoh di daerah Muara Serayu, di Pantai Selatan Jawa. Pantai emergence yaitu pantai yang berupa daratan yang terangkat, misalnya pantai di daerah Gunung Kidul, Jawa Tengah dan Pantai emergence dan sub-mergence (pantai kompleks) dimana kita bisa melihat perubahan permukaan air setiap harinya. Biasanya pada bulan purnama air naik (pasang) dan pada bulan kecil air surut.

Lautan kita dibedakan menjadi lautan interinsuler dan lautan terbuka (ocean), sedangkan daerah pantai dibedakan menjadi pantai berpasir putih, berlumpur, tertutup mangrove, dan ada pula pantai yang terjal oleh batuan (rock). Di perairan kita juga terdapat arus yang bergerak secara horizontal dan yang bergerak secara vertikal (up welling). Di daerah ini, air bergerak naik sehingga air dipermukaan relatif dingin, salinitas di bawah biasanya rendah karena membawa air yang relatif rendah kualitasnya, dan air yang bergerak naik juga membawa kandungan oksigen dan phospat yang dibutuhkan untuk kehidupan. Hendaknya perlu kita ketahui bahwa di daerah up welling ini sangat cocok untuk wisata memancing (sailing fish). Karena di daerah ini kaya akan biota laut dan nutrisi dari daerah eupotik yang dibawa ke permukaan. Artinya banyak plankton yang berkembang di daerah ini dan tentunya sangat menarik perhatian ikan dan ikan menjadi lebih banyak. Contoh daerah up welling adalah di laut selatan Pulau Jawa atau di Laut Banda.

Di setiap daerah yang berbeda hampir bisa dipastikan memiliki 1 jenis ikan dan memiliki cara memasak yang berbeda pula. Seperti bisa kita jumpai di daerah Sulawesi Tenggara, terdapat cumi (squad) maupun gurita (octopus) yang dikeringkan (juhi), cara memasaknya direndam dengan air panas dahulu biar lunak kemudian digoreng. Di Manado, yang menjadi santapan primadona dan lezat adalah ikan cakalang (Skipjack tuna sp.), di Pontianak, santapan kuliner yang digemari oleh masyarakat adalah udang rebon (asites vulgaris sp.) yang diberi sedikit cuka, bawang putih dan cabe (Cincalo) kemudian dimakan dengan nasi yang masih hangat. Di Bangka yang perlu kita rasakan adalah ikan teri (Anchovy sp.) yang dimasukkan botol, difermentasi kemudian dimakan dengan nasi putih. Di Aceh, yang terkenal adalah ikan kayu, yang proses pengeringannya di atas pasir panas. Di Palembang yang terkenal adalah ikan patin (cat fish sp.), di pantai timur Sumatra terdapat ikan terubuk (clupea sp.) yang ada telurnya, cara menyajikannya dengan cara disambal. Di Irian Jaya, daerah Bintuni, kita bisa menikmati udang galah (cray fish sp.) dengan harga yang sangat terjangkau oleh wisatawan. Di pelabuhan ratu, ada ikan pindang, sejenis cakalang (baby tuna sp.), ikan layur (hair tail fish sp.), ikan kuwe (Trevally sp.), ikan peperek (Leognathus equulus sp.) dan lain sebagainya.

Seringkali wisatawan manca negara yang datang ke Indonesia tidak hanya ingin menikmati keindahan pantai dan lautnya saja. Akan tetapi, mereka juga ingin menikmati keunikan dan cita rasa kelezatan ikan dari laut Indonesia yang kaya sumber protein dan mineral untuk kehidupan manusia. Hal ini seringkali kurang disadari oleh pengelola usaha perjalanan wisata yang menjual paket wisata bahari, padahal ini adalah peluang yang bisa mendatangkan keuntungan besar bagi pengelola usaha pariwisata dan masyarakat pada umumnya karena akan terjadi dampak perekonomian berganda (multiplier effect).

Membumikan Wisata Bahari
Saatnya pemerintah Indonesia memfokuskan pembangunan wisata bahari dan mulai intens untuk mempromosikan melalui arena World Ocean Conference (WOC) yang akan dilaksanakan pertengahan Mei 2009. Karena dalam arena ini ribuan pakar kelautan dari puluhan negara di seluruh dunia akan ikut hadir dalam WOC di Manado, Sulawesi Utara. Pemerintah hendaknya membuat suatu terobosan dalam mempromosikan wisata bahari yang dikemas melalui cara yang edukatif, cerdas dan unik yang bisa menarik hasrat wisatawan internasional untuk menghabiskan waktu liburannya di Indonesia, sekaligus dalam WOC 2009 sebagai momentum yang tepat untuk membumikan program wisata bahari kepada masyarakat Indonesia dan dunia internasional.
Solusi alternatif yang perlu ditawarkan dalam program wisata bahari di masa depan adalah mencakup berbagai kegiatan beragam yang merupakan bagian dari wisata minat khusus (special interest), antara lain diving, surving, sailing, fishing, bird watching, wisata penelitian dan termasuk aktifitas wisata kuliner “sea food” yaitu menikmati hasil dari sumber daya kelautan. misalnya di Pantai Muara Angke.
Sesungguhnya banyak terdapat rangkaian aktifitas dalam wisata bahari bisa dibedakan berdasarkan daerah, misalkan di daerah pesisir, wisatawan bisa melakukan aktifitas berkemah, bersepeda, melihat biota, berolahraga, pendidikan, dan lain-lain. Di daerah pantai, wisatawan bisa melakukan aktifitas membaca, berjemur, piknik, parasailing, berlayar, scootering, surfing, dan lain-lain. Di laut, wisatawan bisa melakukan diving di laut yang memiliki keindahan karang dan biota laut, misalkan di daerah Raja Ampat, Takabonerate, Bunaken, Buyat, laut banda, Gili trawangan, Gili Meno, Wakatobi dan masih banyak lagi daerah yang indah yang harus menjadi favorit divers dari berbagai negara. Snorkelling, fishing di daerah up welling, dan daerah lainnya.
Tujuan wisata bahari lainnya adalah mengunjungi pelabuhan dan tempat pelelangan ikan (TPI) dan melihat lingkungan sosial kehidupan masyarakat di sekitarnya. Misalnya berkunjung ke pelabuhan samudra di Pelabuhan Ratu sambil menikmati ikan tuna, big eye tuna, yellow fin tuna, Albacore, Baby tuna, skip jack, ikan hiu atau disebut juga ikan cucut (shark requin sp.). Pelabuhan Kampung Baru, Sinjai, Sumatra, Bagan Siapi-api, Belawan. Kebanyakan ikan yang didapat dari laut lepas (samudra) memiliki lapisan lemak yang tipis dan sangat di sukai oleh wisatawan dari Jepang.

Wisata Bahari yang Terintegrasi
Paket wisata yang cukup menjanjikan dan menarik wisatawan dalam mengeksplorasi potensi wisata bahari, wisata alam dan wisata budaya di Indonesia adalah melalui program wisata bahari terintegrasi. Hal ini selain akan mengajak wisatawan untuk berpetualang, juga memberikan aspek knowledge dan memperkenalkan budaya bangsa Indonesia yang beragam, unik, dan masih mempertahankan nilai kearifan lokal (local wisdom).
Wisata bahari terintegrasi membutuhkan persiapan yang matang baik dari pemerintah dan masyarakat yang akan berhubungan dengan industri ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Bagaimanapun juga program seperti ini harus menjadi kenyataan di negara maritim seperti Indonesia karena akan menjadi sektor baru yang bisa mengangkat perekonomian masyarakat yang bekerja di di berbagai sektor.
Suksesnya program Visit Indonesia Year 2008 yang memenuhi target awal, tentunya layak untuk mendapatkan apresiasi baik dari pemerintah maupun masyarakat Indonesia. Disisi lain, keberhasilan dalam dinamika internal industri wisata bahari indonesia yang dipengaruhi oleh beberapa aspek yang mendukung, harus dibina dan diperhatikan oleh pemerintah dengan sungguh-sungguh dan berkelanjutan (sustainable). Misalkan, aspek Penyedia jasa meliputi pembuat kapal berbagai ukuran, ketersediaan mesin kapal, ketersediaan bahan bakar dan turunannya, bahan dasar dan spare part, makanan, peralatan selam dan pemeliharaannya, pedagang, tenaga-tenaga professional, promosi dan publikasi, perusahaan transportasi, Institusi pemerintah yang mengawasi kegiatan wisata. Dari aspek substitusi antara lain tersedianya alternatif tujuan wisata baik di luar negeri maupun di dalam negeri dan alternatif kombinasi antara wisata bahari dan wisata budaya. Dari aspek investor yaitu butuh investasi yang cukup besar, keberanian untuk berinovasi dalam menawarkan destinasi wisata, kompetisi harga kompetitif dan agen perjalanan wisata yang profesional. Dan dari aspek consumers yang terpenting yaitu bagaimana membuat aktifitas wisata itu memiliki nilai yang sangat penting dan berarti di dalam hidupnya dan pemberian pelayanan yang memuaskan.
Wisata bahari yang terintegrasi dengan menggunakan transportasi yang berupa kapal pesiar (cruising ship) hendaknya harus diimbangi dengan pembangunan sarana dan prasarana yang mendukung. Sebagaimana dalam rencana Departemen Pariwisata Republik Indonesia. Misalkan pembangunan pelabuhan untuk kapal pesiar wisatawan di kawasan yang menjadi tujuan wisata, misalkan di Pangkajene, Sulawesi Selatan, Padang Bay, Bali, Tanjung Mas, Semarang. dan pelabuhan lainnya. Pembangunan akomodasi yang berupa hotel, restoran. Perbaikan jalan raya yang menghubungkan obyek wisata, penyediaan alat transportasi darat untuk pariwisata, maupun usaha jasa lainnya misalkan: perusahaan pengiriman barang (freight forwarder).
Pembangunan pelabuhan wisata ini harus diimbangi dengan persiapan sumber daya manusia yang akan meng-handle sektor pariwisata. Hal ini bisa dilakukan dengan cara mendirikan sekolah pariwisata di daerah maupun memberikan training mengenai hospitality dan tourism communication kepada masyarakat lokal dengan harapan masyarakat bisa menerima program wisata bahari terintegrasi yang akan memiliki manfaat yang besar dalam kehidupan perekonomiannya. Hasilnya, SDM yang berkualitas diserap dalam industri pariwisata maupun diberikaan modal untuk berwirausaha. Hal ini adalah kewajiban pemerintah yang harus dilakukan melalui program kerja nyata yang strategis dan terarah dengan baik.
Dengan berjalannya program wisata bahari yang terintegrasi dengan wisata alam, wisata budaya, wisata kuliner, wisata konvensi dan jenis wisata lainnya. diharapkan akan memberikan manfaat besar bagi masyarakat, sebagaimana halnya dengan tujuan pelaksanaan kegiatan wisata itu sendiri yaitu ERRECT, maksudnya di dalam kegiatan wisata harus mengandung beberapa aspek yaitu: aspek Economy, memberikan manfaat bagi para pelakunya, aspek Recreational, memberikan kesenangan dan kepuasan bagi yang menjalankannya. Aspek Research, pariwisata berbasis penelitian biasanya akan memberikan manfaat yang lebih besar bagi kemajuan ilmu pengetahuan. aspek Education, mampu memberikan nilai pembelajaran dan pengetahuan sehingga menimbulkan kebiasaan “respect to local people, custom and culture.” Dan ini adalah salah satu bagian dari langkah soft diplomacy antar bangsa di dunia. aspek Conservation, program wisata harus menghargai alam dan mendukung upaya konservasi, yang terakhir adalah aspek Temptation, di dalam berwisata harus mampu untuk memberikan dan membangkitkan tantangan bagi yang pelakunya.

(*Penulis adalah Pemerhati Wisata Bahari, Mahasiswa S1 Ilmu Administrasi Negara, Universitas Indonesia dan Asisten Tim Dosen Wisata Alam dan Bahari, Universitas Indonesia)